Leslie Kong

Pemilik visi dan Intuisi di balik Beverley's

Bermula dari kedai es krim, restoran dan toko piringan hitam di Orange Street (salah satu kawasan penuh sejarah di Kingston-Jamaika), Beverley’s record lahir dan ikut berperan dalam perkembangan musik dan industrinya di Jamaika. Jimmy Cliff, salah satu legenda yang lahir dari imprint musik ini mengisahkan bahwa sosok di balik Beverley’s record ini adalah figur yang memiliki kemampuan istimewa yang bisa membuat orang-orang menjadi terhubung. Figur dengan banyak ide, juga memahami bagaimana seharusnya sebuah rhythm berjalan. Pria yang memberikan pengaruh besar terhadap banyak nama besar dalam musik Jamaika. Pria di balik Beverley’s record ini adalah Leslie Kong.

Skena musik di Jamaika pada awal 1960 an diwarnai dengan kemewahan budaya sound system yang massive. Nama nama yang dominan pada waktu itu adalah Coxson Dodd, Duke Reid, Prince Buster dan King Edwards. Geliat ini bermula dari Kingston, sebuah hiposentrum yang melahirkan guncangan kreativitas bagi banyak musisi Jamaika yang mendunia. 

Selain nama nama pionir di atas, ada satu sosok yang berperan besar bagi musik musik Jamaika dalam ranah industri, dia adalah seorang pemuda bernama Leslie. Dia lahir di Jamaika pada tahun 1939, dari keluarga Kong yang berasal dari kanton. Leslie bersekolah di Universitas St. George’s, Kingston – Jamaica. Karir Leslie Kong bermula saat seorang pemuda mendatangi restoran, toko es krim serta record shop yang dikelola bersama dua saudaranya. Pemuda ini mengusulkan agar “Beverley’s” (nama usaha milik Kong bersaudara) untuk berekspansi dalam bisnis rekaman. 

Pemuda tersebut, yang mengusulkan ide kepada Leslie adalah James Chamber, kini dunia mengenalnya sebagai Jimmy Cliff. Usul dari Jimmy Cliff saat itu berbentuk sebuah nyanyian yang menghipnotis Leslie. Meski tidak memiliki pengalaman formal sebagai produser musik, Leslie akhirnya merilis lagu ini kedalam sebuah rekaman yang berjudul “Dearest Beverley” melalui imprint musik yang bernama “Beverley’s records.”  Momen inilah yang menjadi titik mula sebuah sejarah dalam geliat musik asal Jamaika yang sampai hari ini kita nikmati.

Leslie Kong seperti memiliki insting bisnis yang mumpuni, Ia langsung memperkuat imprint musik “Beverley’s”. Ia merekrut salah satu legenda musik Jamaika; Derrick Morgan, “The King Of Ska.” Derrick berperan sebagai talent scout dan Leslie menempatkan Jimmy Cliff sebagai Artists and repertoire untuk “Beverley’s”. Jimmy dan Derrick sesekali pergi ke sebuah bar di barat kota Kingston untuk mencari penyanyi berbakat dalam usaha mereka merekrut talenta segar. Mereka bertindak sebagai representative bagi Leslie Kong dan untuk “Beverley’s records.”

Imprint musik milik Leslie ini juga seperti identik dengan milestone. Selain menjadi salah satu variabel krusial bagi karir Jimmy Cliff (debut self-titled Jimmy Cliff dirilis dan diproduseri oleh Leslie),

Beverley’s records juga menjadi sebuah kisah penting bagi perjalanan karir banyak musisi Jamaika. Talenta demi talenta hadir menjadi bagian dari daftar rilisan produksi Leslie Kong. Jajaran talenta yang kemudian dikenal oleh dunia sebagai legenda. 

Salah satu rilisan penting dari Beverley’s records adalah “Forward March” dari Derrick Morgan, sebuah lagu yang menjadi anthem perayaan bagi masyarakat Jamaika atas kemerdekaan nasional setelah berakhirnya peran Great Britain di negara mereka.

Beverley’s records juga menerbitkan Desmond Dekker, salah satu icon penting musik ska. Perjalanan Desmond dalam ska begitu berpengaruh, bahkan Paul McCartney begitu terinspirasi oleh Desmond dan  ska, sampai akhirnya Paul menulis Ob la di, ob-la-da” untuk The Beatles. Lewat Beverley’s records, Leslie menerbitkan karya Desmond antara lain “007 (Shanty Town)” dan “Israelites”  yang memiliki catatan fantastis, terjual hingga dua juta keping!

The Maytals (band yang digawangi oleh Frederick “Toots” Hibbert) lewat lagu bersejarah “54-46 (That’s My Number)” lalu “Pressure Drop” dan sebuah anthem ska “Monkey Man” juga menjadi salah satu daftar dalam rilisan Beverley’s records

Leslie Kong sebagai produser bagi Beverley’s records juga merilis salah satu lagu “spiritual” yang abadi milik The Melodians. Lagu dengan lirik adaptasi dari naskah Mazmur 19, “Rivers Of Babylon.” Ketajaman visi Leslie juga tercatat dalam rilisan karya milik trio penyanyi reggae; The Pioneers. Leslie mampu merangsang ide kreatif para musisi disekitarnya. The Pioneers merilis salah satu masterpiece mereka “long Shot (kick de bucket)” yang terinspirasi atas ide dari Leslie untuk menulis tentang kematian seekor kuda pacu.

Photo of a man outside of Beverley’s Record Den – by Nicolai Canetti

Talenta dalam katalog Beverley’s records terus bertambah, dari Ken Boothe, Bruce Ruffin, Roland Alphonso, The Gaylads, Delroy Wilson, Lloyd Clarke, Eric “Monty” Morris, Jackie Edwards, Jackie Opel, Don Drummond, Millie Small, The Clarendonians, Lynn Taitt & The Jets, Freddie McKay, The Mellotones, Baba Brooks, Glen Adams, The Slickers hingga Ansel Collins.

Selain nama nama dalam katalog di atas, ada satu sosok pemuda yang kemudian mendunia lewat karyanya bahkan membuat wajah musik reggae begitu penuh warna. Kisah pemuda ini bersama Beverley’s records sangat penuh catatan sejarah. Bermula saat Derrick Morgan berjumpa dengan pemuda ini yang berkata; “Saya ingin membuat musik.” Derrick menganjurkan agar pemuda ini melakukan audisi dengan nya di Beverley’s record. Namun hingga beberapa bulan kemudian pemuda ini tak kunjung hadir. Jimmy Cliff bertemu kembali dengan pemuda ini dan langsung mengantarkannya kepada Leslie Kong untuk memperdengarkan karya dan kemampuan bernyanyinya. 

Saat itu, pemuda ini berusia 16 tahun. Diantar langsung oleh Jimmy Cliff, pemuda ini kemudian membuat Leslie terpukau dan langsung mengajaknya rekaman di Federal Records. “One Cup Of Coffee” dan “Judge Not” adalah lagu lagu yang kemudian dirilis oleh Beverley’s record dengan Leslie sebagai produser dan Jimmy Cliff sebagai pemandu produksi. Pada lagu “One Cup Of Coffee” pemuda ini memakai nama Bobby Martell, sebelumnya pada lagu “Judge Not” pemuda itu tertulis sebagai Robert Marley.  Pemuda yang kemudian kita kenal dengan nama Bob Marley.

Kerjasama antara Leslie dan Bob sempat terhenti, ditengarai oleh semangat menggebu milik Bob yang bersinggungan dengan insight Leslie sebagai businessman yang saat itu menganggap bahwa sosok Bob belum begitu banyak memiliki karakter “pembebasan” yang beririsan dengan skena ska di Kingston zaman itu.

Leslie bersama Beverley’s record terus meluncurkan rilisan bermetode brilian dalam katalog nya. Salah satu sisi lain Leslie Kong bisa kita lihat saat ia sempat tampil sebagai cameo pada film “The Harder They Come” berperan sebagai sound engineer. Film ini menampilkan Jimmy Cliff sebagai aktor utama, juga menampilkan salah satu legenda musik Jamaika; Prince Buster. Sayangnya, Leslie tidak sempat menyaksikan pemutaran perdana film ini ketika diluncurkan tahun 1972.

Leslie Kong menghembuskan nafas terakhir tahun 1971 pada usia 38 tahun karena serangan jantung. Ia memiliki 2 orang buah hati yang kini menetap di Kanada. Mereka tidak melanjutkan legacy dari sang ayah serta tidak berelasi dengan dunia hiburan. Generasi penerus dari klan Kong yang terjun langsung pada industri musik hanya keponakan Leslie, I Kong dan putranya Skunga Kong yang juga memiliki sebuah imprint musik, Skunga Records.

Skunga Kong berkisah kepada Kultur, “Saya mendengar langsung dari pimpinan Dynamics Sounds Studio milik Byron Lee, bahwa Leslie tidak memakai shift studio secara rutin, meski sudah disewa untuk jangka waktu satu tahun”. Penggalan cerita tadi semakin meyakinkan bahwa Leslie Kong mempersiapkan segala sesuatu dengan matang untuk artis dibawah imprint Beverley’s record.

Hingga kini, warisan dari kemahiran Leslie Kong sebagai produser musik serta seorang businessman dapat kita nikmati. Meski dalam waktu yang tak begitu panjang, sentuhan Leslie, seorang pemuda berdarah Asia ini begitu istimewa. Lewat Beverley’s record ia ikut membentuk perkembangan industri musik di Jamaika, bahkan seluruh dunia. Leslie menjadi salah satu sosok penuh legacy!
(penulis:keyko,editor:sam)

 

  • Show Comments (0)

Your email address will not be published. Required fields are marked *

comment *

  • name *

  • email *

  • website *

You May Also Like

Legacy “Eternity” Marley Bersama Jo Mersa

The groove & inks from our contributor

Jurnal Kecil Wisata Musikal

Wisata musik di Kingston bersama Sam Walukouw (Java Jukebox)