Seorang tokoh yang sangat istimewa dalam khasanah dub, produser musik dan artis solo yang berbasis di London, Gaudi, selalu menghasilkan inovasi terbaik dalam dub! Dengan Theremin, analogue synthesizer, vintage studio gear, dan komposisi cerdasnya yang khas dalam menciptakan melodi yang indah, ia selalu menyertakan keajaiban dalam karyanya. Seorang pemain piano klasik yang terlatih dengan baik, sejak usia dini dia selalu terpesona oleh teknologi dan eksplorasi musik dalam banyak ragam. Dengan 21 album solo yang ia riis dalam 35 tahun karir musiknya, Gaudi telah memproduseri, menciptakan, membuat remix dan bekerja dengan artis-artis seperti: The Orb, Lee “Scratch” Perry, Nusrat Fateh Ali Khan, Deep Forest, Simple Minds, Steel Pulse, Lamb, Horace Andy, Scientist, Hollie Cook, Pete Namlook, The Beat, Sizzla, Bob Marley, Trentemoller, Mad Professor, Adamski, Shpongle, Desmond Dekker, Michael Rose, Elisa, Bill Laswell, Adrian Sherwood, Grandmaster Flash ft . KRS-One, Michael Franti, Dennis Bovell, Youth (of Killing Joke), Max Romeo, Africa Bambaataa, General Levy, Apache Indian, Zion Train, Tippa Irie, Beats Antique, Dub FX, Dub Pistols, Balkan Beat Box, Banco De Gaia. Dia memiliki basis penggemar yang sangat solid, militan dan loyal, rilisan nya selalu menjadi karya yang dinanti, LP vinyl terbarunya “100 Years Of Theremin (The Dub Chapter)” telah terjual habis tiga kali cetak berturut-turut! Minggu lalu, “kultur” menghubungi Gaudi untuk wawancara eksklusif dengan pria penuh magis ini, selamat membaca.
Apa yang membuat Gaudi tertarik pada musik pertama kali?
Saat berusia 5 tahun, saya menghadiri sebuah pesta makan malam di rumah rekan kedua orang tua saya. Ada sebuah piano di ruang tamu rumah mereka. Secara acak saya menekan nada “E flat”. Nada sederhana yang begitu penuh gema bagi saya saat itu, dan sampai saat ini. Saya ingin mengetahui lebih banyak tentang “Not” itu. Hingga kemudian saya belajar piano klasik selama 12 tahun setelahnya.
Apa yang membawa Gaudi ke dalam ranah dub? Kapan itu terjadi?
Dub adalah jenis musik yang paling dekat dengan “visi” baik karya dan pendekatan saya terhadap produksi musik. Saat di awal 80-an saya mulai bereksperimen dengan “Dub”, saya bahkan tidak tahu apa itu “Dub”, bahkan juga musik reggae. Saya hanya melakukan ‘dubbing’ begitu saja, menambahkan efek dan menghapus elemen yang semua nya dihasilkan oleh synthesizer dan mesin drum! Ada begitu banyak ruang dalam“dub production”, banyak “keheningan” di antara nada-nada. Bagi saya “keheningan” sama pentingnya dengan musik itu sendiri, sama persis.
Keheningan di antara nada-nada itu penting bagi keberadaan nada-nada itu sendiri. Inilah yang selalu saya pikirkan dan terus lakukan. Dulu saya hanya bekerja dengan beberapa instrumen saja karena itulah yang saya miliki. 1 synthesizer, 1 drum mesin, 1 mikrofon, serta 1 tape echo. Jadi “dub”nya saya dulu bukanlah pilihan gaya tetapi lebih pada sesuatu yang esensial!
Saya secara alami menerapkan “teknik” semacam ini pada setiap karya musik yang saya buat dan setiap produksi demi produksi yang saya lakukan. Ini menjadi “ciri khas” saya. Membuat musik dengan hanya beberapa elemen jauh lebih sulit ketimbang dengan banyak instrumen. Dengan 2 instrumen semuanya harus seimbang, sempurna, dan akurat. Jika ada yang salah bisa segera diketahui. Namun bila dalam orkestra dengan 100 instrument lalu sebuah biola membuat kesalahan kecil maka 99 instrumen lain pasti mampu menutupinya… masuk akal kan?
Berawal sebagai siswa piano klasik, menjadi pemain keyboard, menjadi produser dengan daftar panjang kolaborator yang punya nama besar, membawa daya “magis” Gaudi ke industri TV, film dan menciptakan musik komersial untuk merek ternama. Apakah ada bagian musik yang belum Gaudi jalani? Apa yang akan Gaudi lakukan selanjutnya?
Musik adalah wilayah yang sangat luas dan tidak terbatas menurut saya. Jadi sudut yang bisa dieksplorasi dalam musik tidak terhitung banyaknya. Hal inilah yang sesungguhnya sangat mempesona saya. Saya pribadi tidak tahu mana yang akan menjadi sudut berikutnya untuk dijelajahi, tetapi saya tahu pasti bahwa petualangan berikutnya akan menyenangkan!
Dalam sebuah wawancara, Gaudi pernah berbicara tentang guru musik, mengajarkan siswa apa yang tidak boleh dilakukan. Sesuatu tentang “The devil’s interval,” apakah ini salah satu senjata rahasia Gaudi untuk melahirkan karya-karya yang menakjubkan?
Dalam beberapa wawancara saya mengangkat “The devil’s interval” sebagai contoh bagaimana teori musik terkadang mengandung beberapa “aturan” yang sangat kuno. Tetapi sepenuhnya terserah pada masing-masing musisi apakah dia ingin menerapkannya atau tidak.
Saya ingat ketika saya mempelajari hal-hal tentang “Tritones” (ini adalah nama yang benar dari The devil’s interval) dan aturan menentang menggubah musik yang mengandungnya, saya langsung terpesona dan segera mencoba menerapkannya dalam komposisi saya sendiri! Komposer Jerman Richard Wagner menggunakan interval ini dalam opera cinta terlarang ‘Tristan and Isolde’, jadi mengapa saya tidak diizinkan untuk menggunakannya dalam musik saya?
Semua ini, hanya untuk mengatakan bahwa semakin sedikit anda mengikuti aturan dalam musik, semakin anda akan merasa bebas. Mengekspresikan diri menggunakan musik sebagai kendaraan adalah sensasi paling memuaskan yang dapat dirasakan seorang musisi! Menggunakan Tritone dalam komposisi tidak ada artinya, itu tergantung bagaimana dan di mana anda menerapkannya.
Sepertinya Gaudi selalu mencapai keberhasilan dengan ide musik apapun yang ada dalam pikiran nya. Gaudi benar-benar tidak pernah gagal, begitu?
Sebenarnya tidak benar. Orang hanya tahu karya dan album yang sudah saya rilis, tapi ada segudang karya yang belum dirilis. Saya buat tapi tidak pernah dirilis karena saya tidak sepenuhnya yakin, tidak senang, tidak puas, dll.
Semua karya yang saya sebutkan itu, sebenarnya adalah ide atau proyek yang karena beberapa alasan belum diterbitkan. Hal baiknya adalah, terkadang dari beberapa “komposisi yang terlantar” ini bisa lahir sesuatu yang baru dan bahkan lebih menarik! Biasanya ketika saya membuka kembali sebuah karya setelah sekian lama tidak saya dengarkan, hal itu memberi saya semangat yang tinggi dan memicu proses kreatif baru.
Apa hal pertama yang Gaudi dengarkan untuk memulai rekaman ‘100 Years Of Theremin (The Dub Chapter)’?
Awalnya tidak ada track untuk dimainkan dalam persiapan proses kreatif ini. Saya hanya memiliki segalanya dengan sangat jelas di dalam pikiran dan hanya perlu “mengubah” teori menjadi praktik.
Apa ide di balik pilihan kolaborator di album ‘100 Years Of Theremin (The Dub Chapter)’?
Untuk album ini saya ingin mencurahkan seluruh energi saya dalam mengaransemen dan menampilkan melodi orisinal dengan Theremin. Saya tidak ingin tampil sebagai produser seperti yang selalu saya lakukan. Jadi saya membawa ide proyek ini pada para teman lama dan kolaborator, antara lain; Mad Professor, Adrian Sherwood, Scientist, Dennis Bovell dan Prince Fatty, lima produser dub kelas dunia. Mereka adalah figur figur besar dan yang terbaik dalam khasanah dub dunia selama 40 tahun terakhir. Mereka menyumbangkan riddim yang mendukung permainan Theremin saya.
Salah satu hal baik dalam berkolaborasi adalah seorang musisi bisa belajar sesuatu dari kolaboratornya. Dari daftar panjang para kolaborator ini, apakah Gaudi belajar satu atau dua hal dari mereka?
Belajar adalah proses yang tidak pernah berakhir yang juga merupakan bagian dari kehidupan secara umum, tidak hanya dalam musik. Saya belajar dari kolaborator saya, Ya. sama seperti juga dari putri saya yang berusia 12 tahun. Sama, tidak ada perbedaan apapun.
Di album ‘Dub Qawwali’ Gaudi menghadirkan banyak sentuhan bertenaga dan yang luar biasa. Bagi kultur, itu seperti memvalidasi sosok Gaudi sebagai salah satu produser cerdas. Gaudi menjaga “kesucian” disana sekaligus menawarkan harmoni baru. Apa yang membuat Gaudi memutuskan untuk melakukan ini pada kali pertama?
Keputusan untuk membuat album ini tidak datang dari saya. Saya hanya dihubungi oleh label Nusrat Fateh Ali Khan, Rehmat Gramophone, untuk membuat dan memproduksi album yang luar biasa ini, yang mana tentu saja dengan sentuhan dub ala saya. Saya merasa terhormat menjadi yang terpilih untuk menggubah musik baru dengan suara Nusrat Fateh Ali Khan. Jadi saya melakukannya dengan penuh rasa hormat, menjaga jiwa Nusrat tetap terjaga sebagai hal utama dari proyek ini. Orang-orang memahami dan menyukainya.
Apakah Gaudi mempertimbangkan untuk mengeksplorasi kemungkinan lain dari alat musik asia, mungkin instrumen dari asia tenggara sebagai musik yang akan datang?
Dalam banyak karya saya bisa ditemukan banyak instrumen tradisional dari seluruh dunia.
Gaudi tampak mudah berkomunikasi dengan penggemar, mungkin inilah alasannya memiliki penggemar yang militan. Apa arti penggemar bagimu?
Penggemar bagi saya adalah cerminan diri saya. Ketika saya melihat penggemar senang, sayapun turut merasa bahagia dan seringkali itu memacu kreativitas saya.
Membuat remix untuk Bob Marley, bekerja dengan Lee Perry, Horace Andy, Mad Professor, Steel Pulse, Max Romeo, Adrian Sherwood, ADF, Barrington Levy, Soom T, Scientist, Dennis Bovell, Don Letts, Sizzla, The Beat, Bill Laswell dan Dub Pistol. Portofolio Gaudi benar-benar dapat menginspirasi talenta musik Jamaika baru untuk mengikuti jejak mu. Apakah Gaudi mendengarkan talenta dub baru? Adakah nama nama yang bisa Gaudi rekomendasikan untuk ‘Kultur’?
Saya mendengarkan musik hanya untuk kesenangan, saya memiliki spektrum genre musik yang sangat luas, tidak hanya dub atau reggae. Musik Jamaika memiliki pengaruh besar bagi saya tentunya, tetapi saya juga sangat menyukai musik elektronik, eksperimental, avant-garde, post punk dan krautrock. Mengenai dub act dan nama, saya rekomendasikan: Manasseh dari Inggris, OBF dari Prancis, Paolo Baldini dari Italia, Prince Fatty dari Inggris, Madaski dari Italia, Guido Cardeiro dari Jerman (Seeed, Dub Inc) , Vlastur dari Yunani, International Observer dari Selandia Baru, Ishdub dan Tor.ma dari Meksiko, Vibronics, Vlad (Dub FX) dari Italy dan lainnya.
Apa daftar “wajib” untuk perlengkapan gigs Gaudi belakangan ini?
ARP2600 analog modular synthesizer, Minimoog, Theremin, Roland tape echo, Korg tape echo, ARP Odyssey, Fender Rhodes, Effect Pedal, Stylophone, Megaphone, Soundcraft mixer, Microphone, Vocoder, Mininova Novation synthesizer, Korg MS20.
Di antara moniker ini, Gaudi pernah menggunakan Pascal Life, Dub Alchemist, Ultraviolet Zero, dan Mad Master Moog, mana yang ingin digunakan lagi dan membuat karya baru dengan nama itu?
Mungkin ‘Dub Alchemist’.
Gaudi telah tampil di acara-acara terkenal, memainkan pertunjukan eksklusif / intim untuk penggemar serta juga melakukan streaming langsung dari halaman Facebook pribadi. Dalam situasi seperti sekarang, untuk mengadakan sebuah pertunjukan langsung/tour rasanya tidak mungkin. Bagaimana Gaudi menyiasati situasi ini agar terus berinteraksi dengan basis penggemar dan orang-orang yang menyukai musik Gaudi?
Sebagai seorang seniman, saya biasa memainkan sekitar 50-80 pertunjukan internasional dalam satu tahun, jadi bagi saya bermain ‘live’ adalah semacam kebutuhan, dalam artian saya menyukainya dan membutuhkannya!
Saya membutuhkan kontak dengan penonton dan basis penggemar saya, itu sangat penting untuk menjaga tingkat energi saya. Tahun ini karena COVID19, pertunjukan menjadi sesuatu yang tragis bagi artis, tidak ada konser atau apapun itu. Tur saya yang terdiri dari 56 pertunjukan dibatalkan, jadi saya putuskan untuk tetap menjaga semangat dan terus menyebarkan getaran positif dengan memainkan pertunjukan gratis secara langsung di internet.
Sejauh ini saya memainkan 28 pertunjukan ‘live’, tapi sayangnya, sekarang saya sudah bosan, jadi berhenti. Seperti yang saya katakan, saya membutuhkan kontak fisik dan interaksi dengan penonton, jika tidak maka saya rasa kurang mengasyikan.
(wawancara:sam,supervisi translasi:yedi)
Show Comments (0)