Tanah Papua yang dikenal dengan julukan bumi cenderawasih, banyak melahirkan sosok-sosok mumpuni yang mewarnai dunia musik Jamaika. Legenda seperti Abresso dan Black Brothers menjadi sumber atas hadirnya suara Jamaika disana. Proses regenerasi dari tanah papua pun berjalan dengan baik. Salah satu figur yang melanjutkan legacy ini adalah Dave Baransano atau yang lebih dikenal dengan moniker Dave Solution yang menjadi tamu Kultur pada edisi ini.
Melalui sambungan video jarak jauh, ia menceritakan awal mula kehidupannya bersinggungan dengan dunia tarik suara. Semenjak duduk di bangku sekolah, pria asal Biak yang lahir di Serui tanggal 8 Juni ini, telah mengasah bakatnya lewat grup vokal untuk lagu gospel di gereja. Ia mulai mengenal Jamaican sound khususnya reggae saat menginjak sekolah menengah atas di akhir 90an hingga awal 2000an. Gaya, cerita dan isi lirik lagu dari sang raja musik reggae, Bob Marley, menjadi panutan serta inspirasi terbesarnya. Dave berkilas balik saat mengantar ibundanya ke pasar, bahwa setiap dinding pasar terdapat mural Bob Marley hingga penjual pakaian yang menjajakan kaos wajah sang legenda. Kemudian, saat kakak beliau tengah mengikuti pertukaran pelajar olahraga dan sekembalinya ia memberikan cinderamata kepada Dave sekeping CD live concert Bob Marley. Setelahnya, Dave mulai mendalami seluk beluk kehidupan dan beragam rancak yang diciptakan oleh sang raja reggae.
Dave bersama rekan-rekannya membentuk sebuah komunitas bernama Komunitas Rasta Kribo (KORK) di Jayapura. Bersama Komunitas Rasta Kribo, ia semakin giat dalam menggali komposisi asal Jamaika ini. Selain itu, ia juga menjadi additional drummer untuk beberapa band. Dengan bekal ilmu yang diperolehnya, ia kembali mengunjungi kota kelahirannya, Serui, dan membentuk sebuah band. Unit yang mulai terbentuk tahun 2012 ini, dipunggawai dengan line up hanya 4 orang dan Dave bertindak sebagai drummer sekaligus vokalis. Dalam diskusi bersama grupnya, karena racikan musiknya diolah langsung oleh Dave, akhirnya mereka memutuskan untuk mengibarkan diri dengan bendera Dave Solution. Ide ini dicetuskan oleh sang bassist, John. Saat ini, Dave Solution telah bertransformasi menjadi moniker untuk Dave Baransano.
Dalam menggarap karya, tema lirik tentang persoalan sosial, Papua dan cinta adalah hal begitu digemarinya. Ia kerap kali mengkombinasikan bait per baitnya dengan bahasa lokal namun tidak menghilangkan benang merah dari musik reggae itu sendiri.
Salah satu grup asli Papua yang turut mempengaruhi perjalanan karir Dave Solution adalah Mambesak. Walaupun bukan ber genre Jamaican music, daya tarik dari grup yang berkibar pada akhir 1970 an di Jayapura dan dimotori oleh sosok budayawan dan antropolog Arnold Klemens Ap ini, menyajikan beberapa bahasa dari beragam suku yang ada di Papua, yang mewakili 7 wilayah adat di Papua. Tak ayal, Dave Solution pun mendaur ulang 2 lagu mereka, yaitu “Bimboyesina” dan “Syowiyena” menjadi lebih segar. Kegelisahan Dave akan generasi muda Papua yang tidak mengenal Mambesak menjadi pemicu utamanya, agar salah satu warisan berharga ini dapat sampai ke telinga para pemuda. Selain itu, menurut Dave hal menarik dari reggae di Papua adalah setiap daerahnya memiliki corak masing-masing. Yang paling unik ialah yang berada di kawasan pegunungan. Dave menyebut pada daerah ini, mereka memiliki hitungan ketukan tersendiri yang berbeda dari kebiasaan. Untuk pelaku lokal Papua musik Jamaika yang menjadi salah satu sumber inspirasi seorang Dave Solution beberapa diantaranya adalah Black Brothers, Abresso, dan Yedijah Roots.
“Yafandumba (Mi Nuh Cyar)” adalah sebuah single milik Dave Solution yang menarik untuk disimak. Single ini begitu berbeda dengan karya Dave lain nya. Sebuah energi yang matang. Ia menceritakan pengerjaan lagu ini dimulai dari liriknya dulu. Kisah tentang kekerasan hingga pembunuhan yang terjadi di beberapa pedalaman wilayah Papua, ia tuangkan dengan penuh emosi pada nomor ini. Kutikan “Mi Nuh Cyar” yang dimaksud dengan “tidak peduli”, ia menggambarkan segelintir orang yang tidak peduli bahwa yang mereka lakukan itu tidak benar.
Selain mumpuni dalam bernyanyi, Dave Solution kerap kali memberikan sentuhan raggamuffin dalam karyanya. Ia mengakui bahwa hal ini terpengaruh dari Alborosie, Damian Marley, Anthony B dan Sizzla Kalonji yang menjadi panutannya. Namun ia menambahkan, kalau di Papua khususnya di Biak terdapat sebuah budaya yang menyerupai gaya raggamuffin
“Disini kita sebutnya ‘Wor’. Jadi itu (cara) nyanyinya saling bersahutan. Akhirnya saya baru tahu, ini yang unik ternyata kita di Papua punya raggamuffin, jadi akhirnya saya mau ambil raggamuffin daerah ke Jamaican sound juga enak gitu. Kenapa sih Jamaika bisa, Latin bisa, kok kita nggak bisa? That’s why, kenapa saya biasa masukin toastingan Papua raggamuffin ke situ. Nah, akhirnya saya juga tidak terlalu begitu ngulik Jamaican Patois ya. Karena saya bukan Jamaika, saya orang Papua.”
Salah satu rilisan nya yang kental dengan raggamuffin bisa dilacak pada lagu “Reggae Music” yang berkolaborasi dengan Yedijah Roots, NoizeKillah dan Ras Muhamad. Lagu ini ditayangkan oleh majalah reggae bergengsi, Reggaeville pada kanal mereka. Awalnya, riddim ini hendak diisi oleh musisi-musisi lokal Papua sebelum akhirnya dikerjakan bersama nama-nama di atas. Single ini ia kerjakan selama satu bulan, termasuk pembuatan video musiknya dengan dukungan dari Indira dan Albanio
Dave Solution baru saja merilis sebuah single bertajuk “Yuh Really Complete Me” kolaborasi bersama seorang rapper, Albanio. Lagi lagi, ia memberikan sentuhan berbeda. Kali ini, nuansa tropis begitu kental. Walau terjadi kontroversi pada video musik dengan tampilan terkesan vulgar, ia berargumen bahwa semuanya harus dipandang lewat kacamata seni. Sebuah ambisi yang ingin ia tunjukkan adalah; bahwa musik garapannya juga bisa bersanding dengan Jamaican music yang telah berkembang lebih dulu.
“Saat saya merasa nyaman di zona itu, saya merasa ini ada yang tidak beres. Saya harus tetap belajar keluar terus dari zona aman dan menembus level itu, dimana saya lihat di Jamaika sekarang sudah seperti itu”.
Jalan karir seorang Dave Solution juga penuh dengan dinamika. Segelintir orang pernah beranggapan reggae bukan budaya Papua. Akan hal ini, Dave menjelaskan dengan bijaksana bahwa musik adalah universal. Adat istiadat memang tidak bisa dirubah sedikit pun, tapi perkembangan zaman yang bersifat dinamis juga harus dipahami secara terbuka dengan tidak menghilangkan norma budaya. Seniman hadir dengan memberikan nafas lain untuk berbaur dengan budaya yang sudah ada. Penolakan yang pernah terjadi, ia petik sisi positifnya. Sebagai salah satu figur yang berpengaruh, ia hanya mengumpamakan “pohon yang berbuah lebat itu selalu dilempari”. Biarlah dirinya terus berkarya dan menginspirasi banyak orang biarpun jalannya terjal dan berliku. Kecintaannya yang besar kepada Papua, ia tuangkan dengan begitu mendalam. Prioritas utama dirinya adalah tidak berhenti mengembangkan bakatnya agar lebih bermanfaat untuk tanah Papua beserta masyarakatnya hingga menciptakan sebuah legacy yang akan diikuti oleh generasi berikutnya. Integritasnya akan hal ini ia buktikan lewat upayanya dalam memproduseri tanpa pamrih beberapa musisi muda lokal yang menurutnya berbakat dan memiliki potensi.
Ia juga menceritakan tentang perkembangan musik reggae saat ini di Papua. Kondisi pandemi yang menghantam seluruh penjuru dunia ikut mempengaruhi pasang surutnya ekosistem bermusik di sana. Secercah harapan tumbuh saat beberapa perhelatan besar digelar beberapa waktu lalu di Jayapura yang menghadirkan pegiat reggae lokal. Sinyal kebangkitan musik reggae disana perlahan kembali mulai berpijar. Disinilah seorang Dave Solution dengan sekuat tenaga menjaga api musik reggae untuk terus membara.
“Reggae membuat hidup saya berubah. Tuhan berikan (musik) reggae untuk merubah nasib saya sebagai seorang Dave yang dulu bukan siapa – siapa. Reggae sudah membawa saya ke jalan yang benar. Maka, saya menjadikan reggae itu sebagai edukasi untuk orang lain.”
Regenerasi pelaku Jamaican sound khususnya dengan format band di tanah Papua pun terbilang menjanjikan. Dave sendiri mengutarakan, sebelumnya banyak band yang hadir dari kawasan pesisir. Kali ini, beberapa unit dari wilayah pegunungan juga turut meramaikan. Salah satu grup yang ia saksikan langsung bernama Mayo Band dengan komposisi aransemen yang menarik. Passion besar milik Dave tak hanya ia nikmati sendiri, ia berbagi kepada banyak musisi di Papua. Termasuk pandangan personal darinya, ia mendorong para pemusik Jamaican sound muda belia di Papua untuk menciptakan karya sendiri secara otentik dan berusaha sebisa mungkin untuk menjadi original. Abaikan komentar miring dari segelintir orang yang mencela hasil karya garapan sendiri. Dengarkan banyak referensi, tapi jangan menjiplaknya. Be yourself!
Begitulah Dave dan ambisi besarnya, sesuatu yang ia percaya dan ia yakini. Dengan teguh dan penuh semangat ia mengimani bahwa reggae adalah kendaraan nya yang akan membesarkan dirinya dan negeri Papua. Ia juga mengamini bahwa reggae akan membawanya ke sebuah tempat di mana orang bisa tersenyum dan bahagia karena karya nya. Menutup sesi tanya jawab Kultur bersamanya, Dave memberi pesan bagi para fansnya untuk terus mendengarkan dan mengapresiasi karyanya dari kacamata seni. Bahwa musiknya merupakan pancaran resonansi yang menjadi ‘lingkup’ atau teman yang memberi rasa bahagia, nyaman dan tentram. Ia dengan yakin menawarkan musik sebagai sarana atau media ekspresif, penyalur rasa dan aspirasi yang kondusif dan terbaik ketimbang hal-hal lain yang destruktif dan tidak membangun. Lengkap memang Dave Solution! Ko tra kosong!
(Keyko,Sam,Yedi)
Show Comments (0)