Salah satu bagian dari edisi khusus ulang tahun kultur kali ini adalah sebuah wawancara spesial. Sebuah sesi tanya-jawab melalui panggilan video antara kultur dan tamu yang juga istimewa, Chrissy Boy!
Sosok bernama asli Christopher John Foreman ini lahir pada tanggal 8 Agustus 1956. Bersama kompatriotnya, ia telah menyebarkan banyak bahagia lewat musik. Ya, bersama Madness, setidaknya Ia sudah memberikan pengaruh nyaris empat dekade. Nama Madness sendiri datang dari nya. Ia juga salah satu penulis utama bagi unit musik legendaris ini. Unit musik yang lekat dengan banyak sejarah, secara demografi, mereka begitu lekat dengan sejarah. Di kota asal mereka Camden, Kentish Town, Karl Marx, lalu seniman besar Arthur Rimbaud tercatat sebagai salah satu residen di sana, juga George Orwell pernah menetap di kawasan ini.
Tentu, kami begitu bergembira sekali bisa membagikan cerita yang kami dapat dari tamu istimewa ini. Sesekali ia bersenandung dan memainkan gitarnya, sesi yang begitu hangat. Berikut rangkuman cerita ramah dari loteng rumah sang tamu istimewa untuk edisi khusus ini!
Bagaimana semuanya pertama kali bermula antara seorang Chris Foreman dan musik?
Mike Barson (pemain piano kami) dan Lee Thompson (pemain saksofon) yang mendorong saya membeli gitar, harganya 20 (pound sterling). Bukan gitar ini (menunjukkan kepada kami Les Paules-nya), dan yang bisa saya lakukan hanyalah, (memainkan note di gitarnya). Kemudian saya belajar beberapa akord sederhana (memainkan gitarnya), kemudian (sentuhan jazz ringan, sederhana, bukan yang tercepat). Kemudian pada tahun 1976, kami biasa pergi ke rumah Mike, membuat musik, lalu semua dari kami bergabung.
Ayahmu menyukai dan memainkan musik folk. Jenis musik apa di masa muda mu yang membentuk gaya musik mu sampai sekarang?
Ya, Banyak hal, Tapi mungkin band pertama dari Ian Dury yang memberikan pengaruh..
Tamu agung dalam lagu “Drip Fed Fred”?
Ya! Band pertamanya adalah Kilburn dan The High Roads. Line up mereka menginspirasi kami. Maksudku, mereka memiliki pemain saksofon dan piano juga. Lagu-lagu mereka sangat bernuansa Inggris, ada sedikit reggae juga, rock n roll, dan sedikit motown juga. Itu adalah pengaruh utama yang besar.
“Our House” adalah salah satu karya legendaris yang pernah Anda tulis di masa muda. Bagaimana Anda melihat lagu itu saat ini?
“Our House” begitu simple, (memainkan akord gitar “Our House”). Saya menulis itu, lalu kami melakukan sedikit perubahan di sana-sini. Lalu mencoba memasukkan beberapa infusi motown di sana. Dan ya, lagu itu digunakan di banyak iklan, ada uang dari situ. (tersenyum). Yang kita bagikan, berbagi bersama.
Apakah ada alasan di balik “One Step Beyond” kecuali kalian menyukai lagunya? Mungkin beberapa bagian dari musik dalam lagu itu sendiri atau mungkin ada cerita lain?
Itu adalah b-side, ummmh (jeda). “Al Capone”. (jeda) Ya, kami menyukainya, dan (tertawa) Chas Smash datang dengan “hey you..”. Dia menulis itu, itu .. (jeda) Tidak Ada Rencana! (tertawa).
Bisakah Anda memberitahu kami hubungan pribadi Anda dengan musik Jamaika?
Ketika saya masih muda, banyak lagu yang hits. Dari “Al Capone” – Prince Buster dan banyak lagi. Sesuatu yang menjadi bagian saat kami tumbuh dewasa, sesuatu yang harus didengar. Dan ketika kami memulai (Madness), kami biasa menyanyikan lagu-lagu seperti “Jailhouse Rock”. Dan kami memulai lagu reggae-ska kami sendiri. Ya, Suggs dan Lee yang memulai. Lalu lahirlah lagu “Madness”, “One Step Beyond” dan seterusnya. Kemudian kami menulis lagi yang berangkat dari hal hal itu (reggae-ska). Hingga kami bertemu The Specials, yang melakukan hal yang sama. Tidak ada internet pada waktu itu, youtube atau yang lain, saat kami mendengar “Gangster“, Wow fantastis! Jadi, itulah yang kami lakukan saat itu. Tidak ada rencana, hanya memainkan musik yang kami sukai!
Di buku “House Of Fun” karya John Reed, dia mengutip Cathal, “Beberapa dari kami adalah skinhead. Dan menjadi yang pertama”. Bisakah Anda berbagi kisah Anda dengan Skin dan Punk?
Oh ya. benar, yang pertama (tersenyum). Dan sekarang pun! (tersenyum). Ya, saat itu, (meski) minggu-minggu sebelumnya, aku juga seorang hippy, rambut panjang dan Roxy Music.
Ada juga lagu-lagu new-wave-ish yang dibuat Madness di tahun 80-an. “Yesterday’s Men”, “Uncle Sam” dan juga Cover version “Sweetest Girl” (dari) Scritti Politti dalam album “Mad Not Mad”. Apakah sulit untuk memberikan sentuhan tahun 80-an dalam gaya Madness?
Sebetulnya, Ya,..Mike pergi dari band (saat itu). Lagu “Yesterday’s Men” datang setelah seseorang meminjamkan saya keyboard dan saat saya mainkan, merasa itu fantastis, lalu saya memainkan akord dan seterusnya. Tapi ya, itu situasi yang sulit, tidak seperti yang direncanakan. Berjalan dengan sendirinya. Lagu “Burning The Boat” tidak seharusnya seperti itu. Yah, ini bukan album yang buruk… masih memiliki banyak lagu bagus di dalamnya bukan?
Karya karya Madness datang dengan sentuhan signature musikal. Dari set rekaman live di studio “Pathway” hingga era Digital baru-baru ini, dari lagu “The Prince” hingga “Grandslam“, apa pendapat pribadi Anda untuk musik dan teknologi di Madness?
Nah, cara saya menulis musik sekarang, ketika saya memikirkan sebuah lagu, saya menyanyikannya di ponsel saya. Terkadang itu sampah (tertawa). Jadi ya, saya melakukan banyak hal dengan komputer sekarang. (Senyum). Ketika saya menulis “Our House”, Dave Robinson (Stiff Records) meminjamkan saya beberapa pemutar rekaman yang juga dilengkapi dengan drum machine. Kemudian di album “The Madness” kami menggunakan sequencer dan drum machine juga, saya dan Suggs melakukan sebagian besar album itu. Juga, Saya dan Lee menulis lagu menggunakan hal-hal semacam itu (ketika band vakum). Saya juga memakai Roland MC 500 floppy disk sebelum saya mengenal Cubase dan memakai Logic Pro seperti saat ini. Jadi, Ya, teknologi sangat berguna bagi saya.
Bagaimana dengan setup gitar Anda saat ini?
Saya memakai ampli Marshall, Les Paul, beberapa Telecaster dan digital space echo juga chorus.
Seperti apa gaya bermain gitar Chrissy Boy?
(tersenyum) Spontan. Saya suka ritme yang bagus. Sesuatu yang berirama untuk membuatku bahagia
Benarkah ada sedikit “persaingan” di dalam band dalam hal siapa yang akan menghasilkan single berikutnya? Apakah ini rahasia mengapa Madness selalu datang dengan karya-karya baru?
Tidak, tidak ada persaingan di antara kami. Tidak ada. Mengapa kami masih di sini sampai sekarang, karena kami adalah sebuah tim besar. Cukup demokratis juga. Kami berbagi, ya, setengah dari royalti untuk penulis dan setengah lainnya untuk anggota band. Karena ketika menulis lagu, bisa saja lagu itu jelek, dan anggota lain lah yang datang dan membuat lagu itu menjadi fantastis.
Dalam buku “Before We Was We” Anda pernah melakukan sebuah cara cerdik untuk musik Anda saat bekerja di GPO. Sebuah langkah yang cerdas bukan? Apakah Anda pikir Anda ingin menyarankan langkah ini untuk musisi muda saat ini?
(tertawa) Saya tidak tahu, bisakah itu dilakukan saat ini? (tertawa)
Jika Christofos Formantos akan membawakan “Dangermen’s Session Vol. 2” apa yang akan menjadi pilihannya untuk daftar lagu? Skylarking, Bowie atau Roxy atau mungkin lagu lain dari The Kinks?
Tidak, kurasa kami tidak ingin melakukannya lagi, beberapa pihak memang setuju dengan hal ini, tapi saya rasa tidak akan ada lagi.
Dengan kecintaan pada musik, orisinalitas, dan sentuhan ajaib yang dilakukan Madness selama bertahun-tahun, hal hal tersebut memang seperti merengkuh sebuah zeitgeist. Apa arti Madness sebagai band dan keluarga bagi Anda?
Madness adalah sesuatu yang kami lakukan untuk membawa kesenangan bagi orang-orang. Keluarga? Ya, kami dulu sering menghabiskan waktu bersama. Meskipun kita tidak bertemu satu sama lain akhir-akhir ini, tapi, pasti akan selalu penuh gembira saat kami berkumpul bersama.
Apakah Anda tahu sedikit tentang Indonesia? Dan ketika semua situasi sudah lebih baik dan lebih aman, apa yang harus dilakukan promotor Indonesia, untuk membuat kalian mengatakan YA untuk manggung di sini? Dan apakah Anda memiliki sesuatu yang bisa disampaikan kepada penggemar Anda di sini?
Ya tentu tahu! Saya pernah tinggal di Bali selama beberapa minggu. Suatu tempat di sekitar Seminyak. Sekitar tahun 2000. (jeda) Oh, saya rasa Mike juga pernah ke Bali, Indonesia. Tentu juga ingin ke Indonesia. Tapi saya tidak tahu, nampaknya itu akan menjadi sebuah perjalanan perjalanan panjang dari Inggris bukan?. Ya, saya ingin mengucapkan terima kasih! Terima Kasih Untuk kalian semua! Senang bisa terhubung lagi dengan Indonesia!
(Reporter:Sam)
Show Comments (0)