Tamu kultur untuk artikel interview kali ini adalah salah satu scenesters Jamaican sound dari tanah air. Dia dikenal sebagai sosok yang mewarnai geliat musik-musik Jamaika di kota kelahiran nya, Cirebon. Nyaris satu dekade ini ia konsisten menyuarakan hasrat dalam musik pilihan nya ini. Ini rangkuman dari sesi interview lewat telepon dengan nya awal Juli lalu.
Dari salah kota di Jawa Barat, pria bernama Guntur Ophay Sukarno ini merawat tumbuh kembang skena musik musik jamaika di tanah air. Sejak awal tahun 2000 ia memulai perjalanan musiknya. Bersama salah seorang sepupu nya, ia membidani kelahiran “Another Project” sebuah unit musik yang menggabungkan infusi kearifan lokal dari pesisir Cirebon dengan pattern pattern musik Jamaika.
Pada tahun 2010, Another Project merilis debut self titled (mini album). Pada saat itu, geliat musik Jamaika di kota Cirebon sudah semakin ramai. Jauh berbeda saat Another Project memulai perjalanan mereka pada tahun 2005. Opay mengingat, pada gigs perdana mereka, semua masih bertanya-tanya tentang jenis musik (reggae) ini. Bahkan hal ini terus berlangsung hingga beberapa tahun berikutnya.
Tentang repertoire Another Project, Ophay bercerita bahwa pada dasarnya, mereka terpengaruh oleh rilisan rilisan dari Trojan Records, Studio 1 serta Bob Marley. Ia melanjutkan bahwa spirit dari punk, elemen rock dan pop, juga menjadi tambahan inspirasi mereka. Dan tentunya, yang sangat menarik, Ophay & Another Project menyuntikan karakter native dari musik tradisi kota Cirebon. Karakter yang datang dari duet Gitar dan Suling khas kota Cirebon. Untuk ini, Ophay menjelaskan:
“Pattern Tarling yang merupakan karakter seni otentik dari kota Cirebon adalah sesuatu yang sudah acquiring pada masing-masing kami sejak kecil. Eksperimen kami untuk memberikan sebuah infusi yang original (selain pattern musik-musik Jamaika) secara alami keluar begitu saja untuk Another Project”
Selain bersama Another Project, Ophay juga dikenal sebagai salah satu dub act penuh pesona di tanah air. Lewat moniker Baxlaxboy, ia menjadi salah satu headliners yang selalu membawa garansi pesta meriah di lantai dansa.
Moniker ini bermula dari cintanya terhadap berbagai nexus musik Jamaika. Saat bersekolah di Bandung, ia bersinggungan dengan para pelaku di kota itu. Dave Syauta dan Daniel FX (The Paps) adalah sekutu dalam awal perjalanan musik nya. Dari interaksi tersebut ia mengenal banyak repertoire dub, konversi data digital dari vinyl menjadi sumber eksplorasi bagi Ophay sebagai Baxlaxboy. Ia menceritakan awal perkenalan nya dengan dub di kota Bandung:
“King Tubby mengantarkan rasa takjub terhadap dub pertama kali. Dari situ, berlanjut dengan Mad Professor. Dan makin intense mengeksplorasi digital audio workstation setelah mendapatkan banyak sample & loops dari blog nya Mad Professor”
Baxlaxboy merilis mini album “Burn It, Feel It, and Free your Mind” pada tahun 2019. Sebuah set repertoire original darinya yang membawa warna tersendiri dalam daftar rilisan dub tanah air. Dengan formula cerita pesta yang implisit dalam lirik-liriknya serta komposisi dengan melodi dan beat yang penuh hipnotis, debut nya ini memang manjur untuk membuat lantai dansa menjadi intim penuh keringat. Dan hal itu tidak hanya ia hadirkan di kota tercintanya.
Bagi banyak penikmat nukleus musik jamaika, dub di tanah air, Baxlaxboy begitu disambut hangat. Dalam set pertunjukan nya, ia seperti memiliki mantra khusus nan mujarab untuk membuat ritual dansa. Groove yang menggoda dengan ritme memompa, serta repetisi melodi yang simple membuat set pertunjukan Baxlaxboy seperti mirror neuron yang begitu dominan memaksa untuk berdansa. Tapi ia mengaku formula dari Baxlaxboy ini ia ciptakan mengalir saja.
“Waktu (tour) ke Lampung, begitu banyak yang ikut bernyanyi dan berdansa (dengan set dari Baxlaxboy). Gak nyangka. Gak pernah kepikiran bikin (formula) seperti itu. Cuma menulis apa yang keluar dari imajinasi musikal saja”
Ia cukup cerdik dalam menyusun repertoire dalam banyak aksinya di berbagai gigs. Jurus nya ini kadang ia tambahkan dengan beberapa repertoire yang menjadi anthem dalam nexus musik Jamaika di tanah air. Tentu saja, ia berhasil menciptakan moment sing-along secara massive lewat setlist miliknya. Sebagai contoh, lagu-lagu dari Bob Marley, salah satu inspirasi terbesarnya kerap hadir. Bahkan ia beberapa kali membuat suasana makin penuh keringat lewat rendition “Love Buzz” dari Shocking blue.
Baxlaxboy bisa dicatat sebagai salah satu dub act dari Indonesia yang memiliki semangat tinggi untuk menyebarkan dub. Dalam waktu dekat ini, ia akan membawa rilisan baru yang sedang dia persiapkan. Ia juga kerap melakukan tur mandiri dengan kemasan yang begitu intim untuk menikmati dub. Dalam satu tahun terakhir, dengan banyak penyesuaian karena pembatasan sosial ia tetap memutar dub di banyak kota. Dan semua jadwal nya mendapatkan apresiasi tinggi dari para penikmat dub tanah air.
Ia menjelaskan, menjalani semua ini didorong oleh passion bermusiknya. Dub belum menjadi musik yang familiar bagi publik. Dari situ dia menyimpulkan bahwa butuh penetrasi lebih besar dari banyak pelaku dub di tanah air untuk bersama sama memperkenalkan dub. Ophay memiliki pandangan bahwa:
“Ideal nya, dari Yella Sky Sound System, Radit Echoman, Anjing Dub, Dubyouth (dan lain lain) bersama sama memainkan dub. Namun (karena keterbatasan saat ini) jalan sendiri pun sama baiknya, menciptakan koneksi dahulu, berjejaring”
Passion dari protagonis kali ini memang begitu padat, pekat dan membumi. Ia menjadi salah satu figur dari skena dub tanah air yang terus konsisten menyebarkan karya. Dari kota Cirebon, ia membakar lantai dansa di Sumatera, membuat Jawa barat ikut menikmati nya, begitu juga dengan banyak lantai dansa di Jawa Tengah hingga Jawa Timur. Dengan semangat “Life Is Free” Baxlaxboy perlahan mengantarkan para penikmat musik jamaika mencapai “Titik Ketinggian” dalam rapalan Jamaika ala Pantura sound!
“Di cirebon, ada sebuah budaya yang bernama ”Melekan”, berkumpul dengan duduk santai menikmati musik. Sebuah semangat kerakyatan yang sama dengan nilai dalam reggae dan macam macam Jamaican sound. Saya pernah mencoba mengambil alih playlist pada sebuah acara “Melekan” tersebut. Mengganti musik mereka dengan memutar Bob Marley. Dan, semua senang, tetap menikmati khusyuk nya budaya kerakyatan dari Cirebon ini”
Begitu dia menjelaskan apa makna dibalik “Pantura Sound”. Ya, sebagai Baxlaxboy, Ophay membawa “Pantura Sound” sebagai wujud apropriasi budaya antara Jamaican Sound dan kearifan lokal. Sesuatu yang ia jalani dengan suka cita, proses berkarya yang ia tuliskan dengan gembira. Bagi kami, ini adalah sebuah semangat yang pekat dan terus melekat! Kami percaya, Ia akan terus menyala, jika tidak, Bakar Lagi!
(Text:Sam,Reporter:Keyko)
Show Comments (0)