The Specials “Protest Songs 1994-2012”

Dalam khazanah musik ska, The Specials sepertinya menjadi sebuah kebanggan nasional milik Inggris. Mereka adalah sebuah unit musik yang menunggangi ombak kesetaraan ras dan menjadi lentera penerang atas tumbuhnya kesadaran sosial bagi banyak pemuda pada akhir 1970 an. Mereka adalah elemen ska sebagai bagian dari hikayat imprint musik 2Tone yang menjadi inspirasi bagi banyak pemusik setelahnya.

Pemuda pemuda asal kota Coventry ini berhimpun sejak empat dekade lalu, mereka seperti ditasbihkan sebagai wali oleh banyak masyarakat Inggris saat itu. Mereka menyuarakan tentang tingginya angka pengangguran, tentang ketidakadilan, mereka mencerca kebrutalan polisi dan sebuah highlight besar yang senafas dengan gerakan 2Tone; mereka menyuarakan anti rasisme.

Secara musikal, mereka sukses menyuntikan infusi segar ke dalam repertoire ska milik mereka. The Specials membawa keceriaan yang menghentak lewat ritem gitar dan groove yang begitu menghipnotis untuk mengajak berdansa. Mereka menampilkan cara berpakaian yang rapi. Selain semua hal tersebut, mereka menumbuhkan kesadaran bagi banyak pendengarnya untuk selalu berjuang dan membela hak hak asasi.

Kini, The Specials hanya terdiri dari 3 personil inti yaitu Horace Panter, Lynval Golding dan Terry Hall. Trio inti ini merilis “Encore” sebuah LP teladan-kebajikan setelah reuni dari hiatus pada tahun 2019 lalu. Sebuah album yang membawa kemenangan mutlak bagi banyak penggemar mereka. Komposisi musik mereka tak jauh berbeda dalam album ini meski tak lagi utuh bersama para personil asli. Namun sebagai epitom ska dunia, The Specials tetap tajam dan penuh gaya!

Tahun 2021 ini, mereka kembali merilis sebuah album. Sebuah “pindahan” ide dari rencana merilis album Jamaican Reggae sebagai lanjutan dari “Encore”. Album yang dirilis sejak September 2021 ini hadir dalam formula yang cukup akrab dengan The Specials, lagu lagu rendition. Album ini berjudul “Protest Songs 1924-2012”, kumpulan lagu lagu cover versions dari banyak artis hasil kurasi dari trio inti ini. 

Menarik, karena The Specials membawa sebuah wacana diskusi, tentang apa standar dari lagu protes. Polemik akan hadir untuk memvalidasi judul album ini, juga argumen panjang yang menyertainya. Namun, izinkan kami di kultur lebih percaya kepada De gustibus non est disputandum untuk album ini.

Dalam “Protest Songs 1924-2012”, Terry, Lynval dan Horace mendapatkan dukungan tim musik yang terdiri dari Nikolaj Torp Larsen (Keyboards, Harmonica, Guitar, Accordion), Kenrick Rowe (Drums, Percussion), Steve Cradock (Electric/Acoustic Guitar), Tim Smart (Trombone), Pablo Mendelssohn (Flugelhorn), Jim Hunt (Saxophone), Michael ‘Bammie’ Rose (Repeater Drum), Tony ‘Groco’ Uter (Bass Drum) dan Hannah Hu (Guest Vocalist). Dukungan tata audio dari George Murphy, Liam Larkin, Cenzo Townshend, Camden Clarke & Rob Sellens di studio Eastcote (London) dan Decoy Studio (Melton-Inggris) serta artwork yang dikerjakan oleh De Facto, agency yang juga menangani label fashion Fred Perry.

The specials menyajikan kembali sejarah tentang perjuangan atas masalah masalah sosial dalam “Protest Songs 1924-2012”. Mereka tidak membawa formula musik mujarab pada debut self-titled 42 tahun lalu.  Tanpa bassline yang berjalan dengan aksen ritem pada off beat, tanpa hunky-punky gitar, tanpa ska. Mereka membawa cerita ulang berbagai sejarah protes dalam musik. Sesuatu yang sebenarnya memang melekat pada The Specials. Tentunya, semua komposisi ini disajikan dengan penuh gaya!

Dalam album ini, Terry, Horace dan Lynval membawa kita menikmati “protes”. Kita bisa menikmati Terry Hall “bercerita” lewat hasil kurasi terhadap track favorit miliknya. Kita bisa mendengarkan Horace dengan cekatan memainkan double bass. Juga menikmati getaran positif dari Lynval dalam balutan aransemen akustik. 

 

Tracklist dalam album ini terdiri dari “Freedom Highway” dari The Staples Singers (1965), “Everybody Knows” dari Leonard Cohen (1988),  “I Don’t Mind Failing” dari Malvina Reynolds (1967) “Black, Brown & White” dari Big Bill Broonzy (1938), “Ain’t Going To Let Nobody Turn Us Around” dari The Dixie Jubilee Singers (1924), “F__k All The Perfect People” dari Chip Taylor & The New Ukrainians (2012), “My Next Door Neighbor” dari Jerry McCain & His Upstarts (1957), “Trouble Every Day” dari The Mothers Of Invention (1966), “Listening Wind” dari Talking Heads (1980), “I Live In A City” dari Malvina Reynolds (1960), “Soldiers Who Want To Be Heroes” Rod McKuen (1963),  dan “Get Up, Stand Up” Bob Marley & The Wailers (1973).

Banyak sejarah penting dalam album ini yang diceritakan kembali oleh The Specials lewat lagu lagu tersebut di atas. Lagu lagu dengan pesan krusial yang bisa menjadi panduan untuk menghentikan ketidakadilan. Pesan pesan yang sayangnya masih harus relevan dengan situasi saat ini. Rasisme, kebebasan berbicara, stigma negatif atas apa yang kita percaya, masih melekat pada banyak sendi kehidupan kita. Lewat “Protest Songs 1924-2012”, kepada mereka yang bahagia dan mendapatkan kesenangan dari perbuatan bebal tersebut, The Special selalu membuat mereka resah, The Specials, still pissed off!

  • Show Comments (0)

Your email address will not be published. Required fields are marked *

comment *

  • name *

  • email *

  • website *

You May Also Like

Jurnal Kecil Wisata Musikal

Wisata musik di Kingston bersama Sam Walukouw (Java Jukebox)

Shaggydog: Cerita Dari Sayidan

Kejayaan dari gang gelap di Yogyakarta

King Jammy’s Tradition & Legacy

Daftar pengantar King Jammy