Reload The Joint5: Steven N Kaligis

Special Issue: Reload The Joint5

Ia memang tidak lekat dengan lirik protes vulgar, bahkan cenderung dekat dengan senang-senang. 

Tanpa perlu sticker bombastis yang terdengar seperti bualan oportunis, ia justru membawa manifestasi nilai-nilai reggae lewat dukungan ke sesama musisi. 

Ia pernah berdiri, bahkan berlabuh, di sebuah persimpangan dengan lampu-lampu redup yang berkedip bagai denyut reggae yang masih belia. Namun langkah itu mengukir jejak dalam industri, menyemai karya-karya yang hidup di gang-gang sempit kota, salah satu tempat Ia menenun persahabatan sebagai jantung reggae Indonesia. Baginya, sahabat dan penggemar adalah nyawa yang menghidupkan nada, ikatan yang tak lekang oleh musim, bahkan setelah ia pergi, pesan nya tetap relevan! 

Lagi-lagi, ia lakukan itu semua tanpa katalog digital penuh pose murahan atau simbol agitasi yang berakhir menjadi sebuah aksesori, jauh dari api kesadaran.

Bermusim-musim yang berganti, Namun dirimu selalu kunanti

Senang rasanya bertemu kembali.

Ingatkah waktu bersama tertawa, Ingatkah waktu bersama terluka,

Ingatkah waktu bersama berbagi bahagia?

 

Makna ini, tidak pernah berhenti. 

Hingga akhir hayatnya. 

Keyakinannya, sederhana: 

“Yang penting aku gak nipu, gak bikin susah kalian. Yang penting gak terlibat 378!” 

Frontman yang bisa diamini sebagai salah satu pelopor Jamaican sound di negeri ini juga dikenal cekatan menangkap absurditas itu dengan sederhana, ia seringkali mencatatnya dengan diksi ringan tanpa mereduksi pesan besar di dalamnya. 

Kau cuma asal bicara, Kau buat semua sengsara

Kau tebar fitnah dan semuanya terluka.

Hingga kini kami kecewa, Kalian yang kami percaya

Saling berdusta

Steven Nugraha Kaligis tak pernah menahbiskan dirinya sebagai matahari di semesta reggae Indonesia. “Gue cuma nerusin jalan yang dulu dibuka Tony Q, Imanez, dan banyak teman lain,” ujarnya, menolak godaan untuk dijadikan berhala pop. 

Debut The Other Side hadir sebagai simpul di tali panjang keberlanjutan, juga menjadi momen di mana ia memilih jadi pelopor yang anti-protokoler. Dari sanalah, perlahan tapi pasti, ia menjelma menjadi magnet raksasa yang menarik dan menumbuhkan denyut reggae di tanah ini.


Steven adalah penenun budaya, menjaga api reggae agar tak padam. Ia telah memberi cerita bagi banyak musisi hingga scenester Jamaican Sound di tanah air. Ia tak mencari mahkota, tak pula sibuk merancang panggung besar untuk mengesahkan namanya. Ia memilih jadi ombak yang terus kembali, mengingatkan kita: kesetiaan lebih revolusioner ketimbang teriakan yang membusuk di udara.

(Sam)



  • Show Comments (0)

Your email address will not be published. Required fields are marked *

comment *

  • name *

  • email *

  • website *

You May Also Like

Budaya Penuh Deru Di Lantai Dansa

Edisi Khusus: Budaya Penuh Deru Di Lantai Dansa

Sekilas Wajah Reggae Per Dekade di Indonesia

Edisi khusus: Sekilas Wajah Reggae Per Dekade di Indonesia

Sister Mary Ignatius Davies

Ibu Ska, Guru Reggae, Arsitek Nada Jamaika