Pada sesi wawancara khusus “The Fire Of The Youth” perdana kali ini, kami menghadirkan sebuah unit musik Jamaika yang tengah bersinar dan memiliki daya tarik tersendiri dari kota Bandung – Indonesia. Unit musik yang berisi personil muda yang berhasil menyajikan komposisi penuh daya bagi para penggemarnya. Berikut hasil interview kami bersama para pemuda penuh pesona, Rub Of Rub.
Rub Of Rub terbentuk sejak jenjang SMA dan telah mengalami rotasi line up hingga saat ini. Apa yang membuat Rub Of Rub menyukai musik Jamaika? Apa seluruh player Rub Of Rub saat ini memang gemar dengan musik Jamaika?
Yap! Rub Of Rub (kami berempat) menyukai musik Jamaika. Salah satu yang membuat kami sangat suka dengan musik Jamaika yaitu bassline dari musik tersebut yang “aduhay” dan hentakkan drumnya yang ganjil. Menyempurnakan kami suka dengan musik Jamaika, oh iya! musik yang sabar, hehe.. Enak!
Selain Peter Tosh, siapa figur dari musik Jamaika (dunia) lainnya yang menjadi inspirasi bagi Rub Of Rub dan berikan alasannya? Dan sebutkan 3 nama lokal yang turut menjadi inspirasi Rub Of Rub dan berikan alasannya?
Sudah jelas Bob Marley, namun banyak juga musikus Jamaica yang kami suka! seperti Mabrak & King Tubby, kita suka dengan eksploitasi sound yang mereka mainkan. Untuk lokal The Paps, Reregean & Patrolice alasannya berbeda dengan reggae yang lain pada umumnya.
Minus serapah dan kalimat vulgar, beberapa sentuhan dalam repertoire Rub of rub mengingatkan akan kejayaan “40oz. To Freedom” dan di lain waktu, kalian dengan sukses memberikan infusi ethereal di lantai dansa, juga sesekali menyelipkan energi “Reggatta De Blanc” (dalam versi RoR tentunya), Siapa atau bagaimana ide ini bisa dibawa untuk Rub Of Rub?
Pada dasarnya kami berempat suka bereksperimen dengan alat yang kami gunakan untuk bermain musik. Dan sudah pasti, kami pun melihat ke arah sana mungkin yang sedang dibahas “40oz. to freedom”, tp memang kami tidak membatasi sampai di sini. Banyak yang kami lihat juga seperti The Skints, Dub Trio, High Tone, Groove Armada dan masih banyak lagi yang kami lihat. Dari lintas genre atau band yang bukan bergenre reggae.
Dan bagaimana kalian menikmati musik serta mentransfer energi itu ke dalam komposisi kalian?
Seperti orang pada umumnya sih, disaat menikmati musik hehe.. Dari setiap personil Rub Of Rub sendiri, mempunyai caranya masing-masing.
Unsur dub juga sangat kental dalam komposisi garapan Rub Of Rub. Boleh ceritakan awal mula mengenal musik Dub?
Pada awalnya kami pun mencari identitas dari musik Dub sendiri pada saat 2013 silam, yang dimana waktu itu kami terlena dengan musik psychedelic, funk & electronic. Tapi kami juga terlena dengan kocokan musik reggae. Yang akhirnya, kami dipertemukan dengan Kusni Kasdut side project Danil dan Dave (The Paps) secara non verbal lewat performa dan karyanya, mereka lebih menjelaskan musik Dub.
Rub of rub memiliki satu fitur yang istimewa, diksi lirik yang “tak biasa” dalam skena Jamaican sound di tanah air. Dari mana hal ini bisa datang? Apa tema favorit kalian?
Apocalypse dream hehe.. Canda. Mungkin dari banyak aktifitas yang kami alami dan lingkungan yang memicu munculnya diksi lirik yang kami bawa terlihat tidak biasa dari Jamaican sound (lainnya) di tanah air. Tema favorit kami yaitu bersenang – senang.
Berikutnya, kalian membawa set komposisi yang cukup “matang” di usia belia. Termasuk dalam pengerjaan artwork, bisa ceritakan soal ini? Apakah ada desainer favorit yang bisa kalian rekomendasikan?
Ceritanya berawal dari tongkrongan. Pada saat EP bertajuk “Ruang Waktu”, kami kebingungan untuk membuat artwork dari EP tersebut. Kami menceritakan keadaan tersebut ke salah satu teman yang memang mempunyai disiplin ilmu yang berbeda dalam berkesenian. Orang tersebut pada saat itu sedang menempuh kuliahnya di jurusan seni rupa, dan ternyata teman Rizwan di bangku sekolah dasar. Kedekatannya cukup intim di skena Bandung, orang nya pun sangat support pada karya kami yaitu Zikry Rediansyah akrabnya disebut Uye. Beliau mempunyai ide untuk menyiapkan sebuah kanvas besar dan alat lukis untuk kami lukis dengan BEBAS! (hehe.. seru!). Di single “Oriental Eksotik” dan EP kami yang terbaru pun, Zikry merespon artwork kami kembali tentunya dengan karakter yang dia punya. Menggambarkan (buah) strawberry dalam rumah dan keadaannya di luar rumah.
Sebutkan 3 kata yang mewakili Rub Of Rub.
Kreatif, Santai & Konsisten.
Jika Rub Of Rub berkesempatan untuk unjuk gigi ke luar negeri, negara mana yang akan menjadi pilihan utama Rub Of Rub? Kenapa?
Australia, Jepang & tetangga dulu aja sih hehe… Alasannya, musiknya asik-asik.
Apa rencana Rub Of Rub dalam waktu dekat ini? Apa harapan terbesar untuk pencapaian Rub Of Rub di masa mendatang?
Sederhananya, ingin punya album dan dicetak di piringan hitam. Terus dimainin oleh DJ-DJ
Kami mengucapkan selamat atas perilisan video “Oriental Eksotik”. Boleh ceritakan tema lagu dan tema videonya untuk pembaca kultur?
Terima kasih banyak Kultur media, bahagia dan sehat selalu, amin! Tema yang kami garap dari karya musik “Oriental Eksotik” itu sebetulnya love story dari pengalaman dari masing-masing personil. Yang (secara) garis besarnya “mengajak menengok masa lalu tanpa harus menghakiminya”. Dan, untuk tema videonya itu ingin memunculkan karakter asli dari masing-masing orangnya (personil) begitu ujar Jovian, sang sutradara.
Di Indonesia, Rub Of Rub menjadi salah satu nama yang berhasil mencuri perhatian dalam konteks regenerasi skena musik Jamaika di tanah air. Ada hal yang ingin kalian bagi untuk teman-teman yang akan memulai perjalanan musik Jamaican sound mereka?
Apa ya? Mungkin untuk para anak muda sekarang lebih bebas saja dalam berkarya. Anak muda mah bebas hehe… Namanya juga namanya hehehe… Yang terakhir konsisten dan banyak banjiri pikiran yang positif.
Apakah kalian menyusun playlist harian Jamaican sound? Ada aksi lokal di dalamnya? Bisa bagikan untuk kami?
Ada beberapa (seperti), “La La Means I love you” – Alton Ellis, “The Loser” – Derrick Harriott, “Tedious” – Junior Marvin, “Kotch Up Dub” – Lee “scratch” Perry, “I can’t Give You Anything” – The J Sisters dan yang terakhir “What Have I Done” – The Frightnrs
Terima kasih sudah meluangkan waktu untuk wawancara bersama Kultur, Bagaimana skena musik Jamaika lokal saat ini menurut kalian? (Untuk masing-masing personil) Sebutkan 1 kalimat untuk skena musik Jamaika tanah air.
Seru! Sama-sama, sekali lagi terima kasih Kultur media. (Semoga) Lekas sisa pandemi ini berakhir dan kita dapat bertemu. Sehat-sehat ya! Semoga berkah illahi mengalir dengan damai untuk kita semua, Amin!
Rizwan: “for you brother , Keep the fire Up”
Abay: “keep cengcet cengcet”
Zona: “tetap kreatif”
Atma: “Tetap Santaaaaaaaaaaay”
(Keyko,Sam)
Show Comments (0)