Ras Muhamad

7 Agustus 2020, Ras Muhamad merilis Satryo, album baru miliknya. Suatu sore di sebuah ruang, setelah hujan, awan masih menutup terang Jakarta, persis seperti kelopak yang sedikit menutup pandangan mata. Kultur berkesempatan mendengarkan “tutur-hikayat” dibalik tiga setengah tahun pengerjaan album ini secara langsung dari sang kreator. Plus, “hadiah” untuk Kultur; kisah singkat perjalanan Ras Muhamad.

Fondasi, Narasi

Pertama berkesenian dia berumur 14 tahun, saat masih tinggal di New York. Di kota ini lah dia “mengenal” Bob Marley pertama kali lewat tugas sekolah. Sebuah momen yang kemudian memberikan karir untuk pria bernama asli Muhamad Egar (yang lahir pada 29 Oktober 1982) hingga hari ini.

“Musik mengenalkan personality baru bagi saya yang berjiwa introvert”, ungkap Ras tentang makna musik bagi nya. Kultur lalu bertanya siapa pemusik yang pertama mendorongnya untuk berkarir. “Candiria, Dillinger Escape Plan, Sick Of It All dan Biohazard” ucap Ras dengan tegas.

Kembali ke Indonesia dari New York, Ras Muhamad membawa track “Leaving Babylon” dari EP “Declaration of Truth” (lagu yang juga ada di dalam album various artist bertitel “Indonesian Reggae Revolution”). Atas karya ini dia mendapatkan apresiasi yang baik dari publik. “Saya selalu membangun narasi seni sendiri yang tidak mengikuti narasi orang lain”, dia menjelaskan. Atas keunikan ini, akhirnya “gelar” Duta Reggae tersematkan pada namanya. Dia kemudian mengenang dan tersenyum tentang keunikan pada awal perjalanan karirnya “Saat orang mengenal saya sebagai reggae ambassador, saya malah memainkan dancehall”.

Kultur juga bertanya soal “Negeri Pelangi”, buku yang Ia tulis tentang catatan ziarah di Ethiopia menelusuri akar musik reggae. “Di Ethiopia, saya mendapatkan lebih tentang Rastafari, hubungan nasionalisme dan kemerdekaan Indonesia dengan pergerakan Asia-Afrika”. Hal ini mengingatkan pada proyek musik paruh waktu Ras Muhamad bernama Asia-Afrika (bersama Luigi Lion Rock), outfit dub tanah air yang memutar koleksi dubplate mumpuni, (sedikit) diantaranya adalah dubplate istimewa dari Dawn Penn dan U-Roy.

Ras Muhamad juga menjawab pertanyaan pertanyaan Kultur tentang skena Musik Jamaika di Indonesia. “(saat ini) Sudah jauh lebih enak, jauh!” jawabnya. Dia juga menambahkan bahwa banyak nya unit dan outfit musik Jamaican Music di Indonesia adalah bentuk perkembangan yang semakin baik. Ras Muhamad menyebut nama Radit Echoman (solois musik dub dengan konsep Live PA) sebagai dub act yang menarik baginya.

Sejenak obrolan kami terhenti untuk  menikmati sajian semur lidah. Mengalir begitu saja, kami saling bertukar cerita mulai dari album Ziggy Stardust sebagai LP terbaik milik David Bowie baginya, tentang Barrington Levy, tentang David Rodigan, tentang Pinnacle (sebuah situs warisan budaya di Jamaika), sekilas John Lennon, lalu beberapa festival reggae internasional yang pernah ia datangi, bahkan Ras Muhamad merespon balik tentang Don Drummond si jenius dari The Skatalites pada jeda sesi kami sore itu. Hingga kami lanjut bertanya kembali tentang album baru nya.

Album Baru, Era Baru

“Saya sempat merasakan api di dalam diri saya habis” jelas Ras Muhamad. Beberapa waktu terakhir, dirinya mengalami banyak kejadian yang menghasilkan risau secara fisik dan spiritual. Sebuah jawaban akhirnya menghampiri, Ia memutuskan untuk memulai proses pemulihan diri. “Menemukan kembali jati diri, berubah dan berevolusi” ungkap Ras Muhamad menambahkan tentang salah satu variabel yang menjadi latar album Satryo.

“Iya, ini album paling istimewa bagi saya”. Dimulai dengan lyrical-content yang lebih dominan kisah-kisah personal, pendekatan produksi yang berbeda, bahkan sebagai sebuah ikhtisar, “Satryo” tidak seperti album-album terdahulu. Ia menjelaskan bahwa, “Dari album-album sebelumnya, hanya “Leaving Babylon” dan “Through the smoke” (yang bertema personal), di album ini, secara konsep memang personal”. Proses produksi pun berbeda, semua mulai dari Nol dan dari (kebebasan) saya. Saya adalah bagian dari “satryo” meski saya tidak memiliki “satryo”. 

Sirkulasi berkah, juga tekanan karir dan berkesenian dalam setengah dekade terakhir adalah hal lain yang digambarkan dalam album ini. Kultur sempat bertanya, tekanan seperti apa dan bagaimana Ia akhirnya mampu mengatasi itu. Dia menjawab serius, “6 bulan menetap di Jamaika adalah salah satu trigger untuk upgrade diri atas ketertinggalan dari tekanan kiri-kanan”. Individu-individu di lingkar terdekatnya adalah salah satu berkah yang ia miliki. “Marco Alexander a.k.a Toke (satu dari daftar kolaborator), membantu perjalanan album ini” Ia menambahkan.

Ras Muhamad terus menjawab kultur, “(album) Satryo itu otobiografis, potret diri, cerita tentang emosi dan proses penyembuhan luka hingga kembali pulih. Ada 3 chapter dalam album ini, Awakening, Alignment vs. Disharmony dan Ascencion”. Dia menambahkan, image Rumi pada artwork “Satryo” adalah salah satu cerita di balik album ini. “Selain Kitab Suci dalam keyakinan saya, syair dari Rumi turut membantu proses memulihkan diri”. Sebuah inspirasi masif bagi nya. Kultur kembali mendapat penjelasan, “Satryo adalah versi upward saya dalam mengcounter inspirasi dari “Downward Spirals” nya Nine Inch Nails”, begitu Ia menjelaskan.

Lebih lanjut, Ras Muhamad menceritakan beberapa details lain dari album Satryo. “Pada lagu Al Wadud, inspirasi nya adalah saya membayangkan Rumi bertemu The Wailers dan Bimbo dalam satu komposisi. “Al Wadud” dan “Pretty Girl Issue” adalah dua track yang mewakili kisah kerisauan fisik dan jiwa dari Satryo”. Lagu “Metta Master Eye Allah” membutuhkan proses produksi yang berbeda, “Terinspirasi Rumi, saya berusaha mengeluarkan daya as powerful as I can in a softer and gentle way saat rekaman lagu itu” ucap nya.

Untuk lagu “Step it” (kolaborasi dengan Bhismo (KunoKini) dan Tippa Irie), Ras menuturkan bahwa “Bhismo itu sangat Indonesia, banyak juga Instrumen dan cerita budaya dari Indonesia (di album ini)”. Ras Muhamad juga menyebut “Sambernyowo”, Salah satu Pahlawan Nasional serta “Ellyas Pical” atlet tinju Tanah Air  di lagu “Bambu Keras”.

Kultur meminta Ras Muhamad menjelaskan lirik “Sambut era baru, ucap selamat datang” pada lagu “Pistol Parabellum”. “Apakah ini berarti Ras Muhamad meninggalkan predikat Duta Reggae Indonesia?”. Dengan tersenyum, “Ya!” Jawab Ras Muhamad, “Dan saya juga sudah siap terhadap respon publik nantinya, ini adalah evolusi bagi saya, pendewasaan dalam karir dan berkesenian. Saya siap.” Tambahnya. “Meski Begitu, sebagai  pemusik reggae (Indonesia) saya tetap bertanggung jawab memperkenalkan budaya kita.” ucap Ras Muhamad menutup sesi spesial untuk kultur, berbarengan dengan hembusan kepul asap kami dari pojok ruang pertemuan. (sam)

Nikmati album “Satryo”:

  • Show Comments (2)

Your email address will not be published. Required fields are marked *

comment *

  • name *

  • email *

  • website *

You May Also Like

Masia One

Sesi wawancara dengan Sang Empress dari Asia Tenggara

Dave Solution

Ambisi penuh daya dari tanah Papua

Gregory Lee

Edisi Khusus: Wawancara Spesial Dengan Gregory Lee (Hepcat)