“Ruang Hitam” dari Monkey Boots, unit musik asal Jakarta dengan militansi fan yang solid adalah karya menarik. Pada trimester terakhir 2024, mereka membawa sebuah track dengan ambience kontemplatif. Batas antara Rocksteady dan Lover’s Rock menjadi tidak penting–karena mereka membawa sebuah pesan krusial dalam narasi di lagu ini.
Edwin Maulana, frontman yang lebih dikenal dengan moniker Tuan Jenggo lagi lagi membawa sebuah karya yang membuatnya semakin solid sebagai salah satu kampiun dalam ranah Jamaican sound di tanah air. Membuka lagu dengan falsetto, ia sudah membawa pendengar untuk bersiap melakukan perjalanan intensitas emosional, dan pemandangan rentan di dalamnya.
Narasi empatik dari “Ruang Hitam” menjadi begitu menyentuh dengan denting piano yang terbungkus seksi string sepanjang lagu. Ornamen delay-reverb yang identik dalam komposisi dub/reggae juga hadir dengan bijak. Tidak berlebih–tepat pada tempatnya.
Perhatian besar harus kita berikan pada lagu ini adalah, upaya dari Monkey Boots yang membawa realita sosial dalam musik “Ruang Hitam.” Sebuah pilihan baru–baik–inspiratif–sekaligus menggugah dalam repertoire ska di Indonesia. Lupakan sejenak dansa-dansi–ambil sendiri gelasmu.
“Ruang Hitam” mengajak kita mengenal betapa menakutkan nya keputusasaan yang tak bisa didengar. Monkey Boots mengajak kita mendengarkan sebuah renungan lewat musik yang bagus sekaligus bersama-sama melangkah dengan bijak.
(Sam)
Show Comments (0)