Henry “Junjo” Lawes, mungkin namanya masih sedikit asing bagi segelintir para penikmat musik Jamaika di Tanah air. Ia adalah salah satu figur kompeten yang sukses bekerja sama dan mencetak banyak nama-nama tersohor yang mungkin musiknya masih kita nikmati atau bahkan tersimpan di playlist harian. Sebut saja beberapa sosok mumpuni diantaranya, seperti Linval Thompson, Yellowman, Barrington Levy, Eek-A-Mouse, Don Carlos, Cocoa Tea, Billy Boyo dan masih banyak lagi. Ia juga berperan penting sebagai salah satu motor penggerak musik reggae dengan gaya dancehall.
Lahir di distrik Waterhouse, Kingston – Jamaika pada medio 1960, Henry “Junjo” Lawes memulai karir berkeseniannya bersama grup trio The Grooving Locks di tahun 1978. Namun, jiwanya lebih memilih untuk tidak tampil di depan layar. Dan pada 1979, ia mulai memproklamirkan diri sebagai seorang produser. Dengan dukungan sound engineer berbakat nan inovatif Hopeton “Scientist” Brown dan The Roots Radics sebagai unit pengiring, awal kedigdayaannya datang dari kerjasamanya bersama Barrington Levy muda lewat debut album yang berjudul “Bounty Hunter”. Pada masa itu, Junjo masih belum memiliki studio sendiri, masih melakukan proses produksinya di Channel One Recording Studio.
Pada masa gemilangnya ini, ia mendirikan imprint musik Volcano, yang dikemudian hari juga berjaya sebagai sebuah unit sound system. Lewat Volcano, ia terus berburu dan membuat berkembang banyak talenta berbakat. Single legendaris dari Eek-A-Mouse berjudul “Wa Do Dem” adalah salah satu hasil karyanya (kisah unik ini dapat disimak pada sesi wawancara Kultur bersama Eek-A-Mouse). Junjo juga berperan dalam mendorong karir musik Winston Foster atau yang lebih dikenal dengan moniker Yellowman pada tahun 1980an. Tak hanya itu, lewat kecerdikan dan intuisi produksi musik nya yang tajam, ia turut mendorong kembali sederet veteran musik Jamaika untuk berkarya, seperti John Holt lewat “Police In Helicopter” dan Johnny Osbourne dengan “Ice Cream Love” nya.
Sang produser penuh daya ini menghembuskan nafas terakhirnya pada 14 Juni 1999 karena insiden penembakan yang terjadi saat dirinya tengah mengemudi di Harlesden, barat utara kota London – Inggris. Legacy dari Henry “Junjo” Lawes masih mengudara hingga kini, sesuatu yang menjadi bagian dari sejarah perjalanan musik Jamaika di dunia hingga hari ini.
Berikut 10 maha karya dari Henry “Junjo” Lawes yang diambil dari album kompilasi “Reggae Anthology: Henry Junjo Lawes – Volcano Eruption” pilihan redaksi Kultur:
(Keyko, Sam)
Show Comments (0)