Iklim bermusik di kota Bandung adalah sebuah hal yang istimewa. Keistimewaan ini menyumbangkan riuh gembira dinamika musik tanah air. Figur figur yang melahirkan karya dari kota ini kerap menjadi kesatuan utuh sebagai acuan bagi pemusik lain. Begitu juga dengan jajaran scenesters Jamaican sound dari kota ini. Kultur berkesempatan melakukan interview bersama Danil Usman, salah satu pemuka dub & reggae asal kota Bandung.
Danil, pria yang lahir pada tahun 1980 ini adalah salah satu sosok aktif di belakang beberapa unit musik jamaican sound asal kota Bandung. Ia dikenal sebagai gitaris dari band reggae penuh pesona, The Paps. Bersama Terranova Waksman ia membawa dub yang istimewa dengan nama Anjing Dub. Ia juga memiliki projek dub lain bernama Kusni Kasdut. Dan satu lagi, dia adalah pendiri dan pemilik imprint musik Dub House Records.
Bercerita tentang The Paps, salah satu band reggae dengan basis penggemar militan, ia menjelaskan, “Dave dan Erik adalah founder dari The Paps, saya baru bergabung sebagai pemain gitar tahun 2007.” Meski begitu, Danil sudah terlibat sejak awal kelahiran outfit ini. Ia mengingat, semua bermula dari seringnya para personil awal The Paps melakukan jamming di sebuah kampus seni kota Bandung.
“Saat itu, 2001-2005, saya masih menjadi drummer untuk band The Panas Dalam, hanya sering menonton The Paps (yang saat itu berjumlah 11 orang melakukan Jamming). Hingga akhirnya saya diminta membuatkan jadwal untuk mereka setelah memperkenalkan The Paps dengan seorang produser”.
Setelah itu, ia mendukung The Paps sebagai audio engineer, dan juga beberapa kegiatan pendukung lain nya di balik layar.
Danil menceritakan, awal perkenalan nya dengan musik reggae sebetulnya sudah terjadi sejak ia kecil. Dari kakak nya, ia sudah mendengar lagu lagu Bob Marley (meski belum mengerti bahwa itu adalah musik reggae). Saat memulai perjalanan berkesenian pun, ia belum bersentuhan dengan reggae. “Waktu SMP, memainkan lagu lagu Sex Pistols, seperti ‘Silly Thing’ dan lagu lagu The Clash” Danil menjelaskan sambil tertawa. Baru pada tahun 2003 ia menemukan ketertarikan dengan reggae.
Bagi Danil, eksistensi nya di dalam band dan berinteraksi sebagai satu kesatuan dengan personil lain adalah puncak berkesenian. Ia menceritakan, bersama The Paps interaksi antar personil begitu dialektis. Ide yang lahir secara kolektif adalah energi istimewa baginya.
Sedikit berbagi resep The Paps, danil bercerita “Untuk drum pattern sebuah lagu The Paps, kami bisa menghabiskan satu shift sendiri. Bahkan bisa tambah shift lagi keesokan hari jika band belum merasa pas.”
Ini juga menjadi salah satu alasan baginya jika berkesenian dalam formasi band menjadi preferensi nya. Meski begitu, ekspresi seni baginya harus tetap tersalurkan. Danil berbagi filosofi tentang Jamaican sound baginya kepada kultur.
“Aku sih percaya, passion yang dijalankan oleh siapapun saat ini akan membawa hasil bagi mereka nantinya di masa depan”
Bersama The Paps, Danil menemukan puncak kepuasan bermusik. Namun ia juga tetap menyalurkan ekspresi personal. Untuk ini, ia mengaktualisasikan nya bersama ‘Anjing Dub’, unit dub yang ia jalankan bersama Terranova Waksman. Duet Live PA ini dikenal dengan kecerdikan mereka membawakan rendition lagu lagu populer menjadi begitu mudah dinikmati di lantai dansa dalam gigs jamaican sound. Anjing Dub telah merilis debut mereka yang berjudul ‘Gembira’ pada tahun 2019.
Danil menambahkan, perkenalan nya dengan dub dimulai dengan King Tubby. Dalam dub, Ia berpendapat:
“Sesuatu yang dibutuhkan untuk berkesenian adalah ruang. Saya menemukan banyak ruang di dalam dub. Dan makin cinta lagi setelah mengetahui dan mempelajari budaya dalam dub”.
Ada sebuah kejadian yang menjadi trigger baginya secara personal untuk mempelajari dub lebih jauh. Karena komputer alat produksi yang biasa mereka gunakan rusak, memaksa Danil untuk tetap melanjutkan produksi dengan sisa alat seadanya. Hal ini, membuat nya kemudian dikenal sebagai salah satu dub act di Indonesia yang dominan memakai perangkat analog dalam setiap pertunjukan nya.
Kejadian ini juga menjadi latar belakang sebuah proyek musik senang-senang yang ia jalankan bersama sang frontman The Paps, Dave Syauta. Mereka menamakan proyek ini, ‘Kusni Kasdut’. Bercita cita untuk menjadi unit musik elektronik, duet ini malah kental nuansa dub. Duet dub dengan perangkat yang ia sebut ‘sangat minimalis.’ Lagi lagi, Danil mengingat bahwa ia dan Dave terinspirasi dari King Tubby untuk proyek ini.
Referensi musik, begitu penting bagi Danil. Dia mengaku beruntung karena hal ini bisa dia dapatkan di kota nya, Bandung. Kadang berupa oleh-oleh dari teman yang kembali dari luar negeri. Sebelum internet mudah di akses, ia bercerita, kerap mendapatkan rilisan menarik dari salah satu pojok kota bandung yang menjual berbagai rilisan yang tak mudah didapatkan di toko toko kaset mapan. Sebuah sumber musik ‘tidak resmi’ yang tidak hanya berbagi referensi untuk kota Bandung, bahkan menjangkau kota-kota lain di Indonesia.
Danil mengamini, bahwa Bandung banyak menghasilkan figur figur musik penuh pesona. Sebagian memang hadir “di permukaan”, sebagian meski tidak hadir “di permukaan” juga tetap memiliki database dan karya yang mumpuni. Saat ini, outfit musik dub dari kota Bandung yang berisi pemuda pemuda istimewa, Rub Of Rub begitu menarik perhatian nya. Begitu ia menjawab pertanyaan dari kultur tentang bagaimana skena dub dan reggae di kota Bandung.
Danil juga menjalankan sebuah imprint musik yang ia beri nama ‘Dub House Record’. Album penuh ‘Anjing Dub’ diedarkan oleh imprint musik ini. Juga proyek solonya dengan moniker Dnl FX. Selain itu, Dub House telah melakukan sebuah upaya dokumentasi dan pengarsipan talenta lokal dari dub tanah air. Proyek ini bernama Nusantara Dub Connection, sebuah album various artist yang menampilkan produser dan pemusik dub dari Aceh hingga Bali dan Makassar.
Danil Usman, memang sosok yang penuh catatan dari skena reggae dan dub asal kota Bandung. Ia membagi suara, kata dan daya seperti memiliki energi penuh untuk menjalankan semua passion nya ini. Dan, semuanya bertenaga!
(Sam)
Show Comments (0)