Jalinan musik dan puisi telah terjalin sejak ribuan tahun lalu. Sebuah hubungan yang sulit untuk dipisahkan. Dua hal ini bekerja sama dengan baik sebagai bentuk otonom dari seni. Musik menjadi bagian penting dari setiap budaya, dan sejak lama puisi telah hadir mengambil peran untuk mengantarkan sebuah makna, sebuah jalinan yang amat solid.
Dalam ranah musik-musik Jamaican sound, puisi turut hadir sebagai salah satu fenomena dan variabel krusial yang terus berkembang hingga kini, Dub Poetry. Sama seperti nafas kerakyatan dalam khazanah musik musik Jamaika, Dub Poetry juga membawa afinitas budaya yang serupa.
Lewat riddim reggae, para penyair menuangkan puisi mereka. Puisi yang erat dengan kesadaran sosial, keadilan dan juga menjadi suara penolakan besar yang saat itu salah satunya berlatar belakang konstelasi politik antara JLP (Jamaica Labour Party) dan PNP (People’s National Party).
Hubungan erat antara musik dan puisi dalam Dub Poetry di Jamaika begitu dinamis, Dub Poetry menjadi salah satu warna yang disukai dunia seperti juga nexus musik Jamaika yang lain. Bermula dari seni lisan dari Jamaika yang digaungkan oleh U-Roy dan Big Youth, hentakan ritmis dari reggae dan beat Nyabinghi serta pandangan spiritual rastafarian tentang gejolak sosial, Dub Poetry merambah Inggris hingga Kanada dan akhirnya mendunia.
Berikut, adalah daftar rilisan klasik dub poetry dari kultur pada issue singkat edisi ini:
Sang Pionir ini memiliki nama asli Orlando Wong. Ia memiliki darah keturunan Afrika-Cina. Ia menggunakan nama “Oku Onuora” yang memiliki arti “Suara Rakyat” sebagai identitas nya. “Reflection In Red” adalah sebuah karya dub poet pertama di dunia.
Lagu ini direkam di studio milik Harry J pada tahun 1979 dan dirilis lewat imprint musik prominen, 56 Hope Road milik Bob Marley. Hingga kini Oku Onuora masih melahirkan karya karyanya, seorang pionir sejati!
Sebagai rilisan musik, Dub Poetry dari Jamaika memiliki salah satu nama besar dengan identitas kuat yang kerap menyuarakan tentang ketidakmanusiawian perbudakan, ia begitu lantang menyuarakan kekuatan kata yang ia miliki. Ia adalah Allan Hope yang kemudian memakai nama Mutabaruka. Dalam bahasa Rwanda, Mutabaruka berarti “Seorang yang selalu menjadi pemenang”. Ia memang memenangi kesadaran yang ia bagikan kepada khalayak lewat dua acara radio miliknya, Cutting Edge dan Steppin’ Razor. Pada tahun 1984, Ia merilis sebuah signature penting dalam khazanah Dub Poetry, album Outcry. LP ini dirilis oleh label musik Amerika, Shanachie.
Amiri Baraka, seorang Penulis puisi, drama, fiksi, esai, dan kritik musik Amerika dalam buku “Eulogies” menulis tentang Michael Smith (Mikey Smith). Amiri menempatkan Mikey Smith sebagai Malcolm X dan Martin Luther King dari Karibia. Bahwa Michael Smith tumbuh berkembang sebagai intelektual dan seniman revolusioner yang benar-benar revolusioner. Karya karyanya datang dari pikiran, ingatan, dan perasaan kolektif rakyat!
“Mi Cyaan Believe It” (1982) adalah salah satu contoh dari keuatan vernakular jalanan, yang sering disampaikan dengan cepat oleh Michael Smith, puisi-puisinya menyampaikan sebuah realisme mencekam dengan begitu kuat.
Jean "Binta" Breeze adalah penyair wanita pertama dari Jamaika. Ia mendapatkan gelar “Member of the Order of the British Empire” pada tahun 2012 dari Ratu Inggris atas dedikasinya terhadap sastra. Ia bersama Oku Onuora, Mutabaruka dan Michael Smith, mereka adalah kumpulan penyair yang memberikan fermentasi perubahan bagi dub poetry sejak awal. Salah satu signature darinya bisa kita rasakan lewat lagu “Mad Woman” dari album “Eena Me Corner” (2009), kolaborasinya bersama salah satu maestro asal Inggris, Dennis Bovell.
Ia dilahirkan di Jamaika. Pada tahun 1963, saat berusia 11 tahun, ia pindah ke Inggris. Pria ini Bernama Linton Kwesi Johnson. LKJ, begitu ia dikenal, adalah sosok yang menemukan frasa “Dub Poetry”. Ia menyelesaikan studi sosiologi nya di Goldsmiths College. Pada sebuah interview, ia menjelaskan bahwa hasrat menulisnya terinspirasi dari aktivitasnya dalam organisasi Black Panther sejak ia remaja. Hingga kini ia telah merilis belasan album dan bukunya “Selected Poems” bahkan diterbitkan oleh Penguin classic.
Lagu “Dread Beat An' Blood” (Virgin Records, 1978) adalah salah satu gerbang untuk mengenal sang legenda lebih jauh.
Lagu “Dis Policeman Keeps On Kicking Me To Death” dari Album “Rasta” (1983) adalah pilihan kultur untuk mengenal pria yang lahir dengan nama lengkap Benjamin Obadiah Iqbal Zephaniah. Ia tumbuh besar di kota Birmingham, Inggris. Penganut anarkisme, penulis buku, pemain drama dan film, ia turut membintangi serial “Peaky Blinders” dari sutradara Stephen Knight. Syair-syair Benjamin Zephaniah pada tahun 1980an menjadi “soundtrack” dalam banyak protes tentang tingginya tingkat pengangguran dan keresahan sosial lain yang disuarakan punks dan rastafarian. Puisi Benjamin Zephaniah terdengar keras di jalanan, di halaman kantor polisi juga di banyak lantai dansa. Ia membawa identitas dub poetry lebih luas. Hingga Nelson Mandela memintanya menjadi host sebuah konser. Kerajaan Inggris memberikan gelar OBE namun Benjamin menolak anugerah ini.
Tidak hanya Inggris, Kanada adalah salah satu negara yang erat dengan kelahiran dub poetry. Salah satu penggiat nya adalah Lilian Allen, penyair wanita kelahiran Jamaika.
Ia dikenal sebagai salah satu sosok yang begitu politis dalam banyak syair yang ia tulis.
Ia menjadi suara feminis kulit hitam, ia membawa suara protes dengan cermat dan terperinci sebagai praksis politik. Ia tidak hanya murni berkarya lewat dub poetry. Ia menggunakan banyak media untuk menemani syair nya, antara lain lewat Program Radio, buku, dan dokumenter. “Rub A Dub Style Inna Regent Park” dari album “Revolutionary Tea Party” (1986) bisa menjadi pengantar untuk mengenal Lillian Allen lebih jauh.
(Sam)
Show Comments (0)