Dia adalah pelaku sejarah nan santun dan bersahaja, dia memadukan budaya dan keyakinan spiritual dalam karir musiknya. Jauh dari sorotan lampu industri, dia guru sesungguhnya bagi banyak musisi Jamaika. Tercatat dan terlibat langsung dalam proses kelahiran ska, rocksteady dan reggae. Wawasan dan disiplin yang ia miliki menjadi kunci yang membuka pintu reggae bagi dunia. Energi dan dedikasi nya yang kokoh adalah wujud dari cinta nya kepada musik. Dia pergi meninggalkan tanah airnya akibat pesan positif yang ia yakini. Cinta nya untuk penggemar begitu besar. Issue kultur kali ini tentang Joe Higgs, pria yang penuh sinar, meski dia jauh dari riuh dan gelegar kemewahan superstar.
Sebuah sebab di balik mengapa
Namanya begitu melekat dalam sejarah musik di Jamaika. Ia adalah bagian penting dalam berkembangnya Jamaican Music di dunia, tangan dingin nya secara langsung ikut membentuk musik yang bisa kita nikmati sampai hari ini. Sebagai musisi, Ia menjadi yang pertama dalam catatan sejarah industri musik di Jamaika. Karya nya (bersama Wilson, dalam duet Higgs & Wilson) “Oh Manny Oh” menjadi rilisan pertama yang dicetak dan diproduksi langsung di Jamaika.
Karir pria bernama lengkap Joseph Benjamin Higgs yang lahir 3 Juni 1940 ini bermula dari kebingungan para juri dalam kontes musik di Jamaika (1958) untuk menentukan pemenang. Hingga akhirnya para juri menganjurkan agar Joe Higgs berduet bersama Wilson. Kisah ini juga merupakan perjalanan awal dari duet Higgs & Wilson (mereka berpisah di akhir 1960 an). Selama rentang waktu tersebut Higgs bersama Wilson merilis banyak single dan rekaman. Joe Higgs, residen asli Trenchtown ini memiliki daftar panjang dalam kerjasama merilis karya karyanya. “Oh Manny Oh” adalah produksinya bersama Edward Seaga, manajer nya yang kemudian menjadi Perdana Menteri Jamaika. Joe Higgs juga bekerjasama dengan produser penuh pengaruh, Coxsone Dodd. Dengan signature harmoni melodious, saling silang teknik bernyanyi ala scat dan spirit budaya jamaika serta keyakinan yang ia tuangkan kedalam lagu, Ia memberikan sumbangan besar bagi perkembangan musik musik dari Jamaika.
Dalam hingar-bingar industri musik, peran besar Joe Higgs tidak banyak mendapat sorotan, lebih dikenal sebagai peran pendukung. Hal ini bisa jadi karena Ia kerap melontarkan pernyataan yang begitu membumi.
“Saya menyadari bahwa satu-satunya yang dapat memberi saya pahala dan apa yang menjadi hak saya adalah Yang Maha Kuasa.”
Joe Higgs menjawab pertanyaan tentang polemik penerimaan royalti karya nya.
Album miliknya memang tidak begitu banyak, “hanya” melahirkan enam album dalam kariernya. Debut solo “Life of Contradiction” baru dirilis pada pertengahan tahun 1970 an. Album berikutnya, “Unity Is Power” pada tahun 1975. Namun Joe Higgs adalah figur berpengaruh bagi kelahiran ska, rocksteady dan reggae. Ia dikenal sebagai komposer jenius, karya nya bisa ditelusuri lewat komposisi milik Prince Buster, Peter Tosh, Lynn Taitt dan lain lain.
Permulaan dari kawijayan
Joe Higgs memulai karirnya dari Trenchtown, sebuah lingkungan pemukiman historis di Jamaika. Ia dikenal sebagai pemusik berwawasan luas. Pertama kali mengenal musik dari Ibunya, seorang pilar pada paduan suara gereja. Joe Higgs adalah musisi, sekaligus pecinta musik penuh hasrat dan memiliki apresiasi tinggi. Dengan details ia mampu menjelaskan pesona musik dari Johnny Ace, penyanyi R&B dinamis Jackie Wilson hingga tetap mengikuti keajaiban dari Jimi Hendrix juga Janis Joplin. Mungkin inilah bekal utama milik Joe selain anugrah bakat luar biasa yang tersemat kepadanya.
Rumahnya, menjadi tempat berkumpul bagi banyak pemuda untuk belajar bernyanyi secara informal. Termasuk teknik mengatur pernafasan, pengenalan melodi dan tentunya dasar dasar menciptakan komposisi musik. Roger Steffens, seorang historian Jamaican music memberikan kesaksian bahwa Joe Higgs adalah sosok musisi penuh disiplin, bahkan tidak segan segan meminta musisi pendukung nya untuk mengulang sebuah lagu di atas panggung jika dirasa tidak sempurna. Joe Higgs tidak hanya memberikan pelajaran tentang hal hal mendasar dalam bernyanyi. Ia juga menularkan semangat positivisme dalam menulis lirik bagi murid muridnya.
Derrick Harriott, Bob Andy dan Jimmy Cliff adalah sedikit nama yang mendapatkan bimbingan dari Joe Higgs untuk menjadi penyanyi. Bahkan Trio legendaris yang meletakan sejarah reggae bagi dunia pun turut mendapatkan bekal penting dari nya. Trio ini kemudian bertransformasi menjadi Bob Marley & The Wailers. Bob Marley memberikan testimonials atas peran Joe Higgs terhadap dirinya. Bob menyebut Joe Higgs sebagai “Big Music Man” (dikutip dari buku Bob Marley: Lyrical Genius; ditulis oleh Kwame Dawes).
“Sewaktu di trenchtown (belajar kepada Joe Higgs), saya mendengarkan Jazz. Tak mudah untuk saya memahaminya. Joe mengajarkan itu kepada saya, membuat saya mengerti. Dan tidak hanya itu, dia mengajarkan saya banyak hal.” – Bob Marley
Ras Michael (The Son Of Negus) mengungkapkan bahwa Joe Higgs adalah maestro, sekaligus seorang guru yang tegas. Ia mengingat bahwa Joe Higgs selalu memperhatikan setiap nada yang dinyanyikan dalam sesi latihan oleh para “murid-murid” nya tersebut.
Warisan dan kejayaan
Joe Higgs ditasbihkan sebagai “The Godfather of Reggae”, hal ini memang tidak berlebihan. Banyak superstar reggae di dunia menyebut beliau adalah mentor mereka. Ia disegani, dihormati, dan banyak orang menyayangi nya. Lee Perry, adalah salah satu figur besar dalam khasanah musik reggae yang memiliki hormat mendalam terhadap Joe Higgs (dikutip dari buku “David Rodigan: My Life in Reggae”). Peter Tosh, memiliki “julukan” Steppin’ Razor, ia menyanyikan lagu ini dalam album Equal Rights (1977). Lagu yang diciptakan dan sebelumnya lebih dulu dinyanyikan oleh Joe Higgs. Saat Bunny Wailer memutuskan untuk tidak melanjutkan tur Amerika bersama Bob Marley (and The Wailer), Joe Higgs menggantikan posisinya. Untuk hal ini, Bunny berkomentar (dikutip dari buku “So much things to say” yang ditulis oleh Roger Steffens): “Saya tenang mengetahui bahwa jika ada yang menggantikan saya, yang ternyata mentor saya, guru saya. Hal ini membuat saya senang”. Selain talenta musikal yang ia bagikan kepada murid-muridnya, ia menjadi salah satu figur yang memperkenalkan keyakinan Rastafarian ke banyak bintang reggae dunia. Joe adalah bagian dari pergerakan Trench Town, yang kemudian membawa tetua Rasta Mortimo Planno dan Vernon ‘Gadman’ Carrington ke kota Kingston.
Peninggalan dan pengaruh musiknya yang luas layak mendapatkan pengakuan, dan untuk pencapaian serta warisan ini, penghormatan memang layak kita sematkan pada Joe Higgs. Sebagai mentor, sebagai penyanyi, dan sebagai pemusik ia selalu bekerja sepenuh hati, membekali muridnya dengan banyak pengetahuan. Ia menyuntikan energi nya pada reggae.
“Reggae adalah suara dari konfrontasi. Kebebasan – itulah permintaan dari reggae. Penerimaan – itulah yang dibutuhkan oleh reggae”
begitu Joe Higgs menjelaskan kepada Jeremy Marre (sutradara film dokumenter “Roots Rock Reggae”). Pemikiran ini dia yakini begitu teguh. Ia terpaksa mengasingkan diri dari Jamaika karena persoalan politik yang dihadapi akibat “pesan” nya lewat lagu “So It Go.” Hingga akhir hayatnya dia tidak pernah kembali ke Jamaika.
Dedikasinya terhadap musik sungguh penuh daya. Marcia Higgs (putri dari Joe Higgs) mengingat, ayahnya begitu menghormati para penggemar, orang-orang yang selalu mendukungnya. Saat hari-hari terakhir (2 Oktober 1999), Joe Higgs masih meminta Marcia untuk berusaha membawa dirinya keluar dari rumah sakit agar bisa melakukan konser (yang sedang tertunda karena alasan kondisi kesehatan Joe yang makin memburuk). Marcia menulis kembali pesan yang disampaikan ayahnya dari rumah sakit itu:
“Saya benar-benar harus berbicara dengan penggemar saya — bahkan jika itu adalah nafas terakhir saya — Saya INGIN MENGATAKAN TERIMA KASIH UNTUK SEMUANYA — karena, hanya karena mereka lah Joe Higgs ada!”
Konser itu tidak pernah terjadi, kondisi kesehatannya terus menurun. Joe Higgs wafat pada tanggal 18 Desember 1999. Big Music Man ini meninggalkan begitu banyak sejarah bagi reggae di dunia. Keahlian, kecerdasan, kejeniusan, wawasan musik yang luas serta kesantunan dan dedikasi penuh daya miliknya tetap tertinggal dalam reggae dan musik jamaika lainnya. Terpujilah Joe Higgs atas berkat dari suara, kata dan daya miliknya!
(sam)
Show Comments (0)