Salah satu bagian dari skena dance music tanah air ini tetap berkibar berdiri. Label DJ ini lahir pada pertengahan 1990 an. Dua dekade berlalu, mereka tetap mewarnai dinamika skena lantai dansa Indonesia. Tanpa mereka cita-citakan, berbagai award sebagai apresiasi terhadap perjalanan mereka mengalir dari berbagai institusi. Sedikit menuliskan jajaran award untuk mereka, “Hard Rock FM Paranoia Award (2005)”, “Live performance from paranoia Award (2008)”, “Dedication Awards – REDMA (2010)”, dan “Best Serial Event Of The Year – Paranoia Award (2012)”. Di luar institusi institusi tersebut, label ini memang identik dengan pujian hormat tinggi atas apa yang mereka jalankan penuh dengan keyakinan (dan tentunya dengan gaya!). Menjadi satu-satu nya garda terdepan, satu-satunya yang tetap menyajikan putaran bass penuh daya dalam skena musik dansa di tanah air, Javabass Soundsystem! Dua dekade membuat pemudi pemuda berdansa, Bass Blessed Javabass!
Javabass Soundsystem, bisa dibilang adalah brainchild dari sang founder, Jerome Chandra Muda, seorang pemuda berhasrat tinggi terhadap musik (dansa) elektronik. Ia sudah akrab dengan The Beatles, Queen dan James Brown pada masa kecilnya, bahkan saat remaja Ia sempat memainkan lagu lagu dari Metallica dan Sepultura. Referensi musik elektronik dia dapatkan saat ia mengenal lantai dansa lewat club-hopping di Jakarta yang ia lakukan dan juga hasil dari mengumpulkan oleh-oleh CD dari kerabat nya di luar negeri. Ia begitu terkesan dengan Prodigy dan Chemical Brothers saat itu. Fase berikutnya, ia berkali kali membawa turntable ke kampus nya untuk memainkan musik elektronik dan bersenang senang. Album “Timeless” dari Goldie adalah life-changing work of art bagi Jerome. Di masa inilah ia memulai membangun pondasi dan eksplorasi musik elektronik yang kemudian menjadi manifesto personal nya bersama garda terdepan kolektif Drum n Bass di Indonesia, Javabass Soundsystem. Melalui DJ Anton, yang merupakan salah satu figur penting dalam khasanah musik dansa elektronik Indonesia, Jerome belajar tentang musik elektronik.
Salah satu dari banyak trigger tumbuh suburnya musik elektronik Indonesia adalah beberapa event kolektif merdeka yang lahir dari determinasi tinggi para pelaku skena dan para audiens yang saling berbagi gembira di dalamnya. Future (yang kini menjadi Future10), sebuah kolektif DJ legendaris tanah air “menyumbangkan” sebuah legacy besar pada pertengahan 1990 an, lewat banyak pesta yang mereka gelar di sebuah klub di kawasan Pusat Jakarta bernama Parkit. Melalui pesta pesta mereka inilah Jerome makin menemukan ritme bagi wujud manifesto idenya di kemudian hari. Pada masa ini, ia berinteraksi dengan banyak DJ. Ia menyerap energy lewat repertoire seperti FSOL dan berkenalan dengan Techno serta breakbeat. Hingga ia menemukan sebuah genre yang begitu sempurna merepresentasikan dirinya; Jungle!
1996 adalah momentum personal bagi Jerome. Ia memainkan set Jungle untuk pertama kalinya di tahun itu. Dari banyak pesta dan lantai dansa di Jakarta ini, motivasinya makin menemukan bentuk. Banyak hal dari sini yang membuatnya untuk terus menyebarkan Jungle. Hingga Tiga tahun kemudian lahirlah Javabass sebagai sebuah label DJ. Sebuah nama yang terinspirasi dari semangat kebangsaan, sebagai representasi dari Indonesia. Saat itu, “Original Nuttah” by shy FX , “The Rhode Tune” by Flytronix , “Inner City life” by Goldie , “Brown Paper Bag” by Roni Size menjadi repertoire tetap dalam playlist Javabass. Debut party resmi mereka adalah Junglably Loud yang mereka gelar di klub-klub bersejarah; Deja Vu dan BB’s, lalu dilanjutkan dengan Animated Arena serta Artcore Nation di Bandung. Javabass juga kerap berkolaborasi dengan beberapa label serta kolektif DJ di Indonesia, diantaranya adalah Stereowerk, Camouflage, 62bassheads, Junglizta, Oracle Soundlab, Dub Container, Echosystem crew, Original Naro dan juga 1945 MF. Bersama nama nama di atas, Javabass terlibat dalam event event bersejarah seperti Higher Level, Rhythm Unity dan juga Jakarta Movement. Tidak hanya di Jakarta, tapi juga di kota lain seperti Bandung, Yogyakarta dan Bali. Perjalan ini lah yang hingga akhirnya melahirkan sebuah signature penuh nilai sejarah, serial event milik Javabass; PHUNKTION.
Sejak saat itu, nama Javabass terus berkumandang dan bendera nexus drum n bass yang mereka kibarkan makin solid. Berawal dari tahun 1999, Javabass kini sudah berumur 21 tahun! Gembira Putra Agam, seorang scenesters pujaan yang juga penulis kolom musik di banyak media tanah air menyampaikan kepada kultur bahwa:
“Javabass itu sudah seperti sinonim untuk drum n bass di Indonesia. Sebagai long-running collective, mereka menjadi salah satu yang konsisten dengan roster dan produksi terbaik!”
Phunktion pertama kali digelar pada tahun 2003. Wujud nyata dari militansi Javabass dalam menyebarkan sekaligus membangun skena Drum n Bass di tanah air. Berangkat dari dialektika sederhana, nama Phunktion dipilih agar mudah diingat sekaligus dijadikan “merek” resmi dari Javabass. Jerome menceritakan makna dibalik nama Phunktion yaitu; sudah “berfungsi” nya movement drum n bass di Indonesia, spirit punk dalam skena lantai dansa Indonesia, phunk/funk/phat bass dalam drum n bass dan juga set sound system “funktion 1″.
Perjalanan Phunktion bermula dari sebuah venue Mardigraz Jamz, Jakarta. Hingga kini phunktion sudah sampai seri ke 144, dan sudah berumur 17 tahun! Dalam rentang waktu tersebut, Javabass bersama Phunktion gencar dan konsisten dalam drum n bass nexus. Tidak hanya di Jakarta, Phunktion berkeliling ke Yogya, Bali dan Bandung. Mereka bahkan sempat hadir di sumatera, Lampung.
Phunktion, signature event milik Javabass ini penuh nilai historis juga syarat dengan independensi. Hal ini hanyalah membuktikan bahwa Javabass begitu teguh dan suka cita menjalankan apa yang mereka cintai dan mereka yakini. Sebuah spirit yang layak menjadi teladan.
Selama 21 tahun memutar dan membagikan kegembiraan dalam nexus drum n bass, javabass mengalami berbagai keadaan, susahnya menemukan klub yang sejalan dengan visi mereka, dinamika skena, dan juga fluktuasi hasrat internal maupun external. Dalam buku “State Of Bass: The Origins Of Jungle/Drum & Bass”, Martin James menulis: Menjadi seorang ‘Junglist’ adalah tentang berbagi bawah sadar dari urutan kolektif pengetahuan dan pengalaman yang mengikat orang ke dalam tatanan budaya dan komunitas yang lebih besar. ‘Junglist’ adalah tentang kebersamaan dalam keluarga dan sebuah rasa memiliki.
Hal ini pun lekat dengan Javabass, para tokoh kunci pada era awal ini kerap berbagi dan berdialektika untuk menemukan ide ide segar bagi kolektif label DJ ini. Kultur mendapatkan beberapa trivia dari Jerome, diantaranya adalah: nama Javabass sendiri adalah usul dari Fabi (Dub Container) salah satu kamerad di awal perjalanan Javabass. Logo Javabass adalah sumbangsih dari salah satu figur dari lingkar dalam mereka, Ovelia.
Sebagai brainchild dari Jerome, kini Javabass berevolusi menjadi kegembiraan bagi banyak pemujanya. Bermula dengan squad berisi DJ Sketch, Tara, Josef, Celcius, MC Drift dan tentunya Jerome sendiri. Juga gerbong dukungan berisi Nala, Anti, Denny Kunil, Mehdi, Damas yang kerap membantu pada divisi desain. Serta Chainsmokingbastard, Bayu Motion Ninja (RIP) , Isha Hening, Global Port, Rimbawan Gerilya, Motion Chamber, Adi Blak, HeyTuta, dan Dutu yang membuat visualisasi pesta javabass makin berwarna. Hingga kini dengan line up bergaransi kegembiraan terdiri dari Jerome, Random, OSGD, Muztang, Turismo Avenue, DFMC (MC Fandy), dan dukungan Sinto (management), serta Dhanny dan John van der Mill dari divisi desain. Javabass selalu membawa kegembiraan yang selalu dinanti, sekaligus membawa suguhan yang menginspirasi. Salah seorang pelaku dari kultur soundsystem tanah air, Mantasticmate (figur di balik Get Sub Foundation yang selalu membawa gembira lewat Ram Dance Selecta miliknya) kepada kultur mengakui bahwa:
“Pondasi music selection saya bermula saat mengenal ‘Phunktion’ belasan tahun lalu. Saya memiliki dan memberikan hormat tertinggi untuk Ismail a.k.a DJ Sketch. Juga memiliki dan memberikan hormat besar kepada Javabass Soundsystem yang telah membuat saya menjadi Matasticmate atas apa yang mereka jalankan selama dua dekade ini!”
Semangat tanpa batas juga menjadi salah satu highlight dari Javabass. Dengan etos Kebebasan yang diserap dari spirit punk, Javabass adalah ‘Punkers Inna Dance floor’ yang dimiliki Indonesia.
Mereka terus membakar lantai dansa tanpa peduli apakah itu fancy club atau di klub intim penuh gembira untuk bersama-sama skin to skin dance...and dance like nobody’s watching!
Tak terbilang apresiasi organik yang didapat oleh Javabass atas komitmen mereka. ATM Mag dari Inggris sempat mengulas mereka. Diplo terlihat khusyuk mengamati set mereka pada sebuah festival. Tak hanya di Jakarta mereka berkelana, beberapa negara pernah merasakan gembira yang dibawa oleh Javabass atau salah satu crew nya. Komitmen distingtif milik Javabass ini begitu penuh daya, sebuah energi yang tak pernah melemah dalam attitude D.I.Y yang lekat dan tak pernah pudar! Militan!
Seorang sahabat perjuangan Javabass, veteran Techno DJ berpengaruh asal kota Lampung, Sumatera (yang sama sama mendapatkan “Special Dedication Awards” by redma (ravelex award) atas dedikasi mereka), Ryan Madya a.k.a phuture89 memberikan testimoni kepada kultur:
“Javabass adalah sebuah gambaran konsistensi drum n bass movement yang wajib dicontoh oleh banyak DJ muda di indonesia, (Javabass) adalah pelaku musik elektronik dengan passion dan kesungguhan. Javabass adalah “bajingan” drum n bass indonesia!”
Pujian kepada Javabass sesuatu yang tak bisa dihindarkan, meski Javabass tulus dan penuh suka cita menuangkan suara dan daya yang terus berjalan! Begitu banyak warna dalam khasanah drum n bass, sebuah nilai-nilai yang tak mudah untuk diukur, tapi Javabass tak mengendur! Sejak 1999, dengan dentum bass dan deru drums berdenyut 170 kali per menit, Javabass selalu menyajikan “kebisingan” yang membuat nusantara penuh hingar bingar! All’a The Junglists, here comes the drums here comes the bass! Once again, Bass Blessed Javabass!
(Sam)
Show Comments (0)