Artikel ini adalah sebuah lanjutan, bagian ke dua dari tiga seri wawancara ‘kultur’ dengan Wirastomo Hizbul Wathon aka Wiro pemain gitar dari outfit instrumental ska tanah air, Sentimental Moods. Selain menjadi pemain gitar dan produser pada band ini, Wiro dikenal sebagai salah satu scenester yang aktif bersama ISC (Indonesian Ska Connection). Sebuah melting pot bagi para scenester ska di tanah air. Wiro bercerita kepada Kultur tentang ISC.
– Wiro sangat aktif dalam kolektif dari skena ska di Indonesia, dari JSF/Skartefak dan yang terakhir adalah ISC. Apa perbedaan mendasar dari dua nama ini?
Jakarta Ska Foundation hadir 2015 dengan ide awal program yaitu Skartefak yang temanya mencoba mengarsipkan dokumentasi SKA di Indonesia, dan workshop edukasi tentang sejarah dan musikal Ska , Skartefak ini multikonten, ada Skartefak Workshop dan Skartefak Gigs, nah Skartefak Workshop sempet berjalan sampai 3 kali, dari mulai kerjasama dengan coffee house yang dijalankan anak-anak skena juga sampai yang terakhir JSF bekerjasama dengan @america (pusat kebudayaan Amerika Serikat yang terletak di lantai 3 Pacific Place, SCBD, Jakarta).
Itu tempat keren banget, di workshop ke 3 itu kita bahas bab 3rd wave yang bermuara di Amerika, jadi setiap workshop merepresentasikan tiap gelombang SKA sesuai dengan status sejarahnya.
Nah ditengah-tengah gerakan JSF ini Shaggy Dog yang saat itu mau berangkat ke hajatan SXSW 2016 (South By Southwest) di Texas Amerika mengajak JSF n Sentimental Moods buat opening pada hajatan event ‘road to’ nya di Rolling Stones Cafe, nah ide ini saya tambahkan dengan mengajak wadah komunitas yang sudah berdiri di kota lain untuk memberikan dukungan berupa testimonial video singkat. Dan kegiatan dukungan ini ternyata menjadi ‘embrio’ dari Indonesia SKA Connection.
Suatu saat The Mobsters Solo dapat undangan tampil di Bogor, nah pulangnya Aan (Vokalis band The Mobster dan pionir Rubebois SKA Foundation Solo) mampir ke tempat saya, saat itu kebetulan Mas Ade Surya (Pionir dari Semarang Ska Foundation Semarang) juga lagi stay di Bekasi sehingga ngumpul lah kita bertiga, saat itulah konsep Indonesia SKA Connection dibahas lebih dalam, dan di mulai untuk ketok palu berdirinya ISC di Tawangmangu Solo, Mei 2016.
Selanjutnya hasil pertemuan banyak wadah komunitas lintas kota tersebut (Bahkan dari Batam dan Makassar turut hadir) menghasilkan suatu impian, iya impian bahwa suatu saat nanti ISC sanggup membuat suatu event skala Nasional, padahal tanpa babibu dan a-i-u White Cat Liars (Bandung) yang di prakarsai Sir Iyai sudah menghadirkannya di event Mari Berdanska. MLG SKA Malang juga rutin membuat event nasional, begitu pula dengan Semarang SKA Foundation, event Internasional malahan…
Sementara untuk ISC sendiri dari pihak JSF sebenernya yang diwacanakan didaulat untuk mewujudkan impian tersebut, apalagi setelah JSF sanggup membuat event festival di Ancol 2017 yaitu Jakarta Ska Fest yang walau coverage areanya masih Jabodetabek.
Dan anggapan bahwa JSF sanggup mewadahi event nasional itu ternyata PR besar, Jakarta dengan segala dinamika skenanya membuat para penggiat, pelaku dan pemerhati kesulitan dengan impian event skala nasional tersebut, jarak dan waktu ternyata yang paling krusial jawabannya. Bahkan setelah event festival, JSF mulai vakum dan hampir tidak berkegiatan, alhasil Indonesia SKA Connection 2016-2019 hadir hanya dalam bentuk hashtag di sosial media dan whatsapp group (WAG).
– Seberapa penting peran kolektif ini bagi perkembangan skena ska di tanah air? apakah ska di Indonesia memang butuh kolektif seperti ini agar lebih “maju”?
ISC diaktifkan kembali diawali dari interaksi lanjutan WAG era pandemi 2020, setelah sebelumnya saya, Aan Haircut (Band Oi! Bandung), serta Utay (dari Warriors dan The End) berkolaborasi dengan skena Skinhead Punk dan Rude Boy hampir se Nusantara untuk membuat gerakan donasi dalam bentuk Merchandise Bundling yang profitnya disumbangkan untuk pandemi dan dikampanyekan lewat akun instagram Skinandpunkid, gerakan donasi itu melibatkan sekitar 140 band Skinhead Punk dan Rude Boy hampir se Nusantara, walaupun sangat taktis tapi ga mungkin bisa mewakili semua band skena Skinhead Punk dan Rude Boy yang ada di Indonesia ini.
View this post on Instagram
Nah, selanjutnya saya berpikir untuk membelah konsep donasi ini apalagi dari skena SKA sudah lebih banyak hadir wadah komunitasnya di kota se Indonesia. Mulailah saya minta izin ke member JSF untuk merubah akun sosmed Jakarta Ska Foundation menjadi Indonesia Ska Connection dan disetujui.
Dan gerakan awal ISC (setelah mengaktifkan kembali WAG ISC dengan mengundang semua perwakilan dari wadah komunitas ska di Indonesia) adalah bekerjasama dengan kitabisa.com untuk kampanye bantu teman yang saat itu menderita kanker otak stadium IV yaitu Hafis Cikal (trombonis band ska dari Jakarta yaitu Everybody).
Walaupun kampanye donasi yang dimulai dari 11 Agustus 2020 terhitung sukses (dalam waktu 20 harian terkumpul dana sekitar 30 jutaan) ternyata Tuhan berkehendak lain, Hafis wafat pada 31 Agustus 2020.
Di kondisi serba tidak pasti pandemi ini dan walaupun sebagian besar dari kita turut terdampak, paling tidak dari ranah Skena masih bisa mengulurkan tangan dan membantu sesama, gerakan donasi ini mungkin jadi salah satu pilihan bentuk kolektif sosial terbaik skena untuk membantu menghadapi kondisi sekarang ini.
– Boleh ceritakan sekilas ide dasar dari ISC?
ISC ini seperti kepanjangannya bertema Koneksi, berarti harfiahnya membangun jaringan sesama bahkan kalau perlu lintas skena. Dan tidak harus melulu tentang wadah yang bisa menjembatani semua kebutuhan skena, dengan berkumpul, silaturahmi dan saling tukar informasi lewat jalur dunia maya adalah rangkaian mendasar konsep ISC itu sendiri.
Selanjutnya efek domino pun akan terjadi, alih alih membangun jaringan lintas Nusantara respon yang terjadi adalah jaringan meluas sampai lintas internasional, ini dibuktikan dengan komunitas SKA Amerika Latin yaitu Asian SKA Community yang membuat event Festival Online Streaming bahkan sampai part II yang banyak melibatkan band dari Indonesia.
– Bagaimana pergerakan ISC sejauh ini? Apa yang bisa kita nantikan sebagai persembahan dari ISC dalam waktu dekat ini?
ISC akan merilis merchandise yang desainnya mewakili Penggiat, Pelaku, Pemerhati, Band dan wadah komunitas yang sudah sepakat bergabung dan hasil profit penjualan merchandisenya akan di pakai untuk funding proses pembuatan buku Sejarah SKA di Indonesia baik dalam bentuk Visual, digital maupun Audio Visual.
Akhir Desember lalu, ISC menggelar ‘warming up’ dari rangkaian live stream ‘Indonesia SKArnaval 2021’. Sebuah konsep dari ISC yang secara penuh akan digelar pada bulan Mei nanti. Program ini sebagai langkah alternatif pertunjukan untuk mengakomodir semua outfit musik yang tergabung dalam ISC, yang juga akan dilengkapi dengan feature interaktif seperti coaching clinic dengan salah satu komunitas musik di luar ska.
Selanjutnya ISC akan bekerjasama dengan Jump Up! Records Chicago Amerika untuk merilis split kompilasi dengan band2 yang tergabung di ISC, kurasi dari ISC sendiri adalah Band yang selama pandemi dan menjelang pandemi (Berarti di 2020 ini ya) tetap berkarya dan merilis karya baik single, Video Klip, EP atau Album.
– Apa highlights dari Wiro tentang skena ska di tanah air sejak 1990 an hingga kini?
Idealis layaknya pemahaman dan proses pendewasaan, kita amini sebagai bagian dari dinamika skena, sudah saatnya bergandengan tangan layaknya istilah Lidi dan Sapu Lidi, saling bergerak membangun dan merapikan arsip sub budaya yang diadopsi dan diadaptasi ini untuk kemudian disajikan sebagai kenang kenangan dan acuan generasi nanti.
Indonesia Ska Connection Wants You to join the movement…
(Sam)
Show Comments (2)
masmo123
OmEditor, mo koreksi dikit soal singkatan SXSW, yang benar itu SOUTH BY SOUTHWEST, mohon maaf sebelumny dan terima kasih OmEditor
Yulius Samiaji
Terimakasih atas koreksi nya. Salam.